DECEMBER 9, 2022
Puisi

Puisi Herman Syahara: Ramadan di Gaza

image
Herman Syahara (Foto: koleksi pribadi)

ORBITINDONESIA.COM -  "Apakah arti Ramadan

jika kami terus kehilangan," kata perempuan itu

Warna matanya yang basah

menghanyutkan abu Kota Gaza

sampai ke meja makanku

setiap waktu sahur dan buka datang

Api di tungku batu itu bergoyang-goyang

mendidihkan minyak di penggorengan

mungkin dia sedang memasak harapan

yang tak pernah matang

"Ini Ramadan yang berbeda,  " kata perempuan itu lagi

dengan wajah yang berat oleh isak

seperti  isak yang tak pernah selesai

sejak ditulis  sejarah 100 tahun silam

Mungkin tak akan pernah selesai sampai 100 tahun ke depan

"Ini bukan Ramadan.  Anakku, suamiku, mereka ambil, apa salahnya?"

tanya perempuan itu

di luar tenda pengungsian yang dingin

ledakan-ledakan menjawabnya

Ledakan yang tak pernah selesai sejak 100 tahun silam

mungkin tak akan selesai  sampai 100 tahun ke depan

Dan aku menjadi penonton

di meja makan

setiap waktu sahur dan bukaku datang

 

Maret 2024/puasa hari ketiga.

 

Tentang penyair:

Herman Syahara adalah nama pena Hermansyah,  kelahiran Garut Jawa Barat. Antologi puisi pertamanya, "Mahkamah untuk Secangkir Kopi",  terbit 2016. Karyanya juga tersebar dalam berbagai media online dan antologi puisi bersama. Penyair ini pernah diundang tampil dalam pembacaan dan penulisan puisi pada Pertemuan Penyair Internasional Antara Bangsa PULARA di Ipoh,  Malaysia (2018), mentor penulisan dan pembacaan puisi di Batu Ruyud Writing Camp,  Nunukan,  Kalimantan Utara (2022), dan mengikuti Festival Kopi Desember di Gayo,  Aceh ( 2022).  Kini berkhidmad di komunitas literasi JB Edukreatif Indonesia, Kota Bogor,  Jawa Barat. ***

Berita Terkait