Puisi Herman Syahara: Ramadan di Gaza
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Minggu, 24 Maret 2024 08:30 WIB
ORBITINDONESIA.COM - "Apakah arti Ramadan
jika kami terus kehilangan," kata perempuan itu
Warna matanya yang basah
menghanyutkan abu Kota Gaza
sampai ke meja makanku
setiap waktu sahur dan buka datang
Api di tungku batu itu bergoyang-goyang
mendidihkan minyak di penggorengan
mungkin dia sedang memasak harapan
yang tak pernah matang
"Ini Ramadan yang berbeda, " kata perempuan itu lagi
dengan wajah yang berat oleh isak
seperti isak yang tak pernah selesai
sejak ditulis sejarah 100 tahun silam
Mungkin tak akan pernah selesai sampai 100 tahun ke depan
"Ini bukan Ramadan. Anakku, suamiku, mereka ambil, apa salahnya?"
tanya perempuan itu
di luar tenda pengungsian yang dingin
ledakan-ledakan menjawabnya
Ledakan yang tak pernah selesai sejak 100 tahun silam
mungkin tak akan selesai sampai 100 tahun ke depan
Dan aku menjadi penonton
di meja makan
setiap waktu sahur dan bukaku datang
Maret 2024/puasa hari ketiga.
Tentang penyair:
Herman Syahara adalah nama pena Hermansyah, kelahiran Garut Jawa Barat. Antologi puisi pertamanya, "Mahkamah untuk Secangkir Kopi", terbit 2016. Karyanya juga tersebar dalam berbagai media online dan antologi puisi bersama. Penyair ini pernah diundang tampil dalam pembacaan dan penulisan puisi pada Pertemuan Penyair Internasional Antara Bangsa PULARA di Ipoh, Malaysia (2018), mentor penulisan dan pembacaan puisi di Batu Ruyud Writing Camp, Nunukan, Kalimantan Utara (2022), dan mengikuti Festival Kopi Desember di Gayo, Aceh ( 2022). Kini berkhidmad di komunitas literasi JB Edukreatif Indonesia, Kota Bogor, Jawa Barat. ***