The Great Disruption, Buku Karya Monumental Francis Fukuyama
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Sabtu, 09 Maret 2024 13:08 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Futuris Francis Fukuyama bicara tentang kekacauan besar dalam keteraturan sosial dalam beberapa enjelasan di buku karyanya, The Great Disruption.
Di bab pertama, Francis Fukuyama menjelaskan tentang aturan-aturan yang berlaku di dunia selama ini. Di masa setelah Era Industri, lebih dari setengah abad, Amerika Serikat dan negara-negara ekonomi maju telah memasuki fase yang disebut sebagai era informasi atau juga bisa disebut era postindustri.
Masa ini, tulis Francis Fukuyama, ditandai dengan peningkatan di bidang ekonomi yang menggantikan posisi manufaktur.
Baca Juga: PP Muhammadiyah Luncurkan Buku Jalan Baru Moderasi Beragama, Berisi Peran Aktif Haedar Nashir
Peran informasi dan pengetahuan bertambah tinggi seiring dengan meningkatnya teknologi tinggi yang menggantikan tenaga manusia.
Produksi semakin mengglobal ditambah lagi teknologi informasi yang semakin murah memudahkan pertukaran informasi dan komunikasi secara luas.
Masyarakat mengasosiasikan era informasi ini dengan adanya kemajuan di bidang internet pada tahun 90-an, tetapi sebenarnya dimulai sudah lama dari masa deindustrilisasi di Amerika.
Yaitu, sekitar tahun 60-an sampai awal 90-an juga ditandai dengan meningkatnya kondisi sosial di negara-negara industri.
Tingkat kejahatan dan gangguan sosial mulai meningkat di kebanyakan negara ditambah lagi tingkat demografi di negara-negara Eropa yang semakin menurun, dan tingkat kepercayaan masyarakat semakin berkurang kepada pemerintah.
Tren sosial yang terjadi dimana melemahnya ikatan sosial yang terjadi di negara-negara barat muncul di saat ekonomi di masyarakat tersebut bertransisi dari era industrial ke era informasi.
Baca Juga: Ketua Umum Satupena Denny JA: Anak-anak di Mana pun Berada Berhak Membaca Buku
Hipotesis dari buku ini bahwa kedua faktor tersebut saling berhubungan, di mana yang menghubungkan adalah teknologi, ekonomi dan budaya.
Buku ini merupakan ikhtiar untuk memahami hakikat manusia dan rekonstruksi tatanan sosial.
Buku ini juga menjelaskan sebuah upaya yang diperlukan untuk membangun kembali tatanan masyarakat yang hancur akibat rasa saling tidak percaya dengan membina kembali rasa saling percaya, kejujuran, kearifan, kesediaan untuk saling menolong sebagai indikator dari sosial capital.
Mangkirnya social capital bisa dilhat melalui ukuran-ukuran tradisional mengenai penyimpangan sosial, seperti tingkat kejahatan, kehancuran keluarga, penggunaan obat-obat terlarang, pelanggaran hukum, bunuh diri, dan penghindaran pajak.
Buku ini mengajak kita kembali merenung apakah bangsa kita sudah memiliki social capital yang cukup untuk membangun kembali tatanan sosial masyarakat kita yang sudah kacau-balau.
Buku Francis Fukuyama ini sudah diterjemahkan ke Bahasa Indonesia oleh Penerbit Qalam. ***