Diskusi Satupena, Alex Runggeary: Papua Belum Berkembang Karena Pemerintah Salah Strategi Dalam Pemanfaatan Sumber Daya
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Jumat, 01 Maret 2024 03:10 WIB
ORBITINDONESIA.COM – Papua hingga saat ini belum berkembang karena Pemerintah salah strategi dalam memanfaatkan sumber daya secara optimal. Hal itu diungkapkan penulis asal Papua, Alex Runggeary.
Alex Runggeary adalah pembicara dalam diskusi tentang Orang Papua Melihat Papua. Diskusi itu berlangsung di Jakarta, Kamis malam, 29 Februari 2024.
Diskusi yang menghadirkan Alex Runggeary itu diadakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, yang diketuai Denny JA. Webinar itu dipandu oleh Anick HT dan Swary Utami Dewi.
Baca Juga: Abdul Hafid Yusuf: Indeks Kerukunan Beragama di Papua Tertinggi Kedua Setelah Nusa Tenggara Timur
Dalam diskusi itu, Alex menyatakan, mengutip penelitian LIPI, ada empat masalah utama di Papua. Yaitu: masalah hak asasi manusia (HAM), sejarah masuknya Papua ke Republik Indonesia, status politik Papua, dan kegagalan pembangunan.
“Sampai hari ini, meski pemerintah mengakui sudah melakukan banyak hal, sebenarnya tidak ada kemajuan. Sebagai seorang profesional di bidang ini, saya melihat pemerintah mengabaikan beberapa hal penting,” ujar Alex.
Menurut Alex, diakui atau tidak, kesalahan strategi itulah yang menghambat proses pembangunan di Papua. Bicara khusus mengenai pembangunan ekonomi rakyat Papua, berarti bicara soal strategi.
Baca Juga: Ketua KPU Papua Steve Dumbon: 36 TPS di Papua Akan Lakukan Pemungutan Suara Susulan Karena Cuaca
“Kenapa harus ada strategi? Karena kita punya sumber daya yang terbatas, sehingga harus ditata sedemikian rupa. Sumber daya yang sedikit itu terutama dana,” tuturnya.
Soal strategi pembangunan, Alex memberi contoh konkret. Dulu di zaman Belanda, di daerah Jayapura ada lembah yang bagus untuk perkebunan kakao. Petani bisa menjual langsung kakao yang dipanennya ke Belanda secara rutin tiap minggu.
“Tiap hari Rabu, datang mobil pick-up. Kakao ditimbang dan petani memperoleh uang tunai setiap minggu. Artinya, dengan menerima uang itu, petani otomatis terdorong untuk terus pergi ke kebun, memanen hasilnya, kemudian dijual,” lanjutnya.
Baca Juga: Kepala Wilayah Bulog Ahmad Mustari: Baru 24 Persen Beras Bantuan Pangan Tersalurkan di Tanah Papua
“Rakyat sudah pasti mendapat uang tunain setiap minggu. Sekarang mekanisme seperti itu tidak ada. Warga hanya mengharapkan bansos (bantuan sosial) atau BLT (bantuan langsung tunai),” tutur Alex.