DECEMBER 9, 2022
Kolom

Legacy Pak Jokowi Menurut Pandangan Alex Runggeary

image
Alex Runggeary. (OrbitIndonesia)

ORBITINDONESIA.COM - Tulisan Denny JA tentang Kekuasaan Untuk Gagasan: Memilih di Samping Jokowi, sungguh menarik untuk disimak.

Saya melihat kemiripan kepemimpinan Denny JA dan Jokowi yaitu bercita-cita meninggalkan LEGACY.

Berbagai pencapaian Denny JA sangat outstanding dalam dunia sastra, puisi essay.

Baca Juga: Alex Runggeary: Wajah Indonesia Hari Ini Pasca Prabowo-Gibran Menang Pilpres 2024 Versi Quick Count

Ada tiga gagasan utama yang menurut Denny JA yang akan menjadi LEGACY, semacam warisan cemerlang yang akan ditinggalkan Jokowi untuk generasi mendatang.

Ketiga gagasan itu ialah Ibu Kota Negara Nusantara,  hilirisasi, dan digitalisasi.

Pertama, konsep hilirisasi bukanlah gagasan baru kemarin. Konsep ini telah dikenal lama dalam ilmu ekonomi dengan istilah yang lumrah pada pada masanya, added value.

Bagaimana sesuatu produk ditingkatkan dari produk asal bahan mentah melalui suatu proses untuk bahan setengah jadi sampai menjadi bahan jadi.

Bertujuan meningkatkan nilai, sehingga produk itu memiliki daya guna atau manfaat langsung sehingga memambahkan nilai baru yang lebih tinggi atau value added dari produk awal.

Benar bahwa hanya Jokowi yang berani menerapkan konsep ini di tengah praktik lama di mana pabrikan di pasar luar negeri lebih memilih membeli bahan mentah dengan harga murah daripada barang setengah jadi yang tentunya lebih mahal.

Artinya masukan (input) bahan setengah jadi akan dibeli dengan harga lebih tinggi yang mengharuskan hitungan ulang biaya produksi proses bahan.

Apakah lalu mengurangi pendapatan karena kenaikan bahan baku setengah jadi tadi? Tergantung ruang pasar yang tersedia dan kemampuan memotong biaya proses (variabel) dan mengurangi biaya tetap (fixed) dan biaya pendukung yang tak perlu.

Artinya harga input bahan setengah jadi itu akan mengganggu pasar dalam jangka pendek. Namun bersamaan waktu akan mencari dan menemukan titik keseimbangan baru.

Artinya gagasan hilirisasi bukanlah konsep baru sehingga membuat kita harus tercengang-cengang. "Amboi...!!" Itu hal biasa saja yang dipraktikan di seluruh dunia.

Kita Indonesia sebetulnya cepat atau lambat hanya menunggu momentum untuk menerapkannya. Dan momentum itu datang ketika Jokowi berkuasa.

Menariknya adalah kita mendapat penjelasan dari ahli ekonomi ekonomi bahwa sesungguhnya praktik hilirisasi yang sekarang berlangsung lebih menguntungkan investor dari China sampai 90 persen dari hasil investasi itu kembali ke China.

Alasannya, mereka yang punya (1) modal, (2) teknologi, (3) tenaga ahli, (4) tenaga kerja, (5) value added dari produk.

Misalnya untuk produk nikel, kita baru satu tahap di atas bahan mentah. Artinya kita hilirisasinya tanggung. Semua uang itu mengalir kembali ke China. Kita punya sebagian tenaga kerja, dan lingkungan yang rusak.

Kedua, gagasan digitalisasi apalagi, itu proses alami yang sedang berkembang yang tak bisa dihindari siapapun, termasuk Jokowi.

Artinya bukan gagasan yang luar biasa. So what?

Ketiga, menurut pendapat saya hanya Ibu Kota Negara Nusantara yang bila diwujudkan akan menjadi LEGACY dari Jokowi.

Keempat, beberapa catatan saya seolah Jokowi yang paling andal di antara 6 presiden sebelumnya saya anggap berlebihan.

Soekarno adalah bapak bangsa dan proklamator. Kalau beliau berakhir dengan sedih itu bagian suratan takdir. Muhamad Hatta wakil presiden tapi saya sebutkan karena ia guru bangsa.

Gus Dur punya pegangan nilai kemanusiaan yang tinggi bukan tandingan siapapun. Presiden lain dengan segala kelebihan dan kekurangan mereka, kita patut menghormati mereka.

Justru menurut berbagai pihak, Jokowi menghancurkan sendiri kredibilitasnya pada akhir masa kekuasaannya dengan berbagai fakta yang telah sama kita tahu.

Lalu apakah Jokowi akan dikenang luas oleh masyarakat sebagai yang terbaik hanya berdasarkan popularitas?

I doubt it! But time will tell anyway! ***

Alex Runggeary ialah penulis

Berita Terkait