Inilah Alasan Prabowo dan Gibran Bisa Menang Telak Satu Putaran Saja Tanpa Kecurangan Massif Menurut Denny JA
- Penulis : Krista Riyanto
- Jumat, 16 Februari 2024 09:06 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Dengan memahami data elektoral ini, kita bisa menyimpulkan bahwa Pilpres 2024 ini bisa dimenangkan secara telak sekali, satu putaran saja, walau tanpa kecurangan massif, sistematis, dan terstruktur.
Juga dengan memahami data elektoral ini, kita pun juga bisa meyakini bahwa politik akan baik-baik saja.
Tindakan protes yang ada di post election, yang mungkin timbul, tak akan menjadi semacam huru-hara seperti di tahun 1998.
Baca Juga: Denny JA Sebar Pesan: Dua Burung Melintas di Langit, Satu Putaran Saja
Sebelum mengeksplor isu itu, saya ingin mulai dulu dengan pengumuman exit poll dan quick LSI Denny JA.
15 Februari 2024, pukul 18.00 WIB (ketika video ini dibuat), quick count LSI Denny JA sudah mencapai 100 persen. Semua data sudah masuk.
Ini hasilnya. Prabowo-Gibran di angka 58,47 persen. Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar 24,98 persen. Dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD 16,55 persen. Itu final dari quick count LSI Denny JA ketika data 100 persen.
Sebelumnya, exit poll LSI Denny JA di hari pencoblosan 14 Februari 2024 sudah selesai pada jam 12.00 siang. Tapi Mahkamah Konstitusi melarang pengumuman soal hasil pilpres sebelum jam 15.00 WIB.
Oleh karena itu, ketika pukul 12.00 WIB di hari pencobolosan, saya mengekspresikannya dalam bentuk puisi.
Saya tulis di sana tentang dua burung yang melintas di langit. Tapi dua burung itu melintas satu putaran saja.
Baca Juga: Denny JA: Kemenangan Prabowo-Gibran Berpijak dari Tiga Gagasan Penting
Ini puisi yang bersayap. Pesan berkode. Bahkan juga sudah diberitakan bahwa saya Denny JA dianggap memberi kode tentang Pilpres yang berakhir satu putaran saja.
Lalu pada pukul 15.00 WIB lewat satu detik, sesuai aturan Mahkamah Konstitusi, exit poll LSI Denny JA mengumumkan hasilnya. Kita publikasi exit poll itu dalam bentuk interval di berbagai akun medsos saya dan whatsapp group.
Prabowo-Gibran mendapat dukungan sekitar 53,4 persen sampai 58,4 persen. Sebelumnya lagi, lima hari sebelum hari pencoblosan, jejak digitalnya pun bisa dilihat. LSI Denny JA pun juga sudah mengumumkan survei terakhirnya untuk Pilpres 2024.
Inilah prediksi kita mengenai apa yang akan diperoleh oleh Prabowo-Gibran pada tanggal 14 Februari 2024 nanti, lima hari setelah publikasi LSI Denny JA.
Di sana pun sudah kita umumkan. Jejak digitalnya bisa dilihat. Prabowo-Gibran akan memperoleh suara dalam interval minimum 47,9 peren dan maksimum 58,3 persen.
Ternyata hasil survei terakhir LSI Denny JA dikonfirmasi oleh exit poll, dan dikonfirmasi lagi oleh quick count.
Kami selalu membuat disclaimer. Hasil resmi nanti hanyalah publikasi KPU, mungkin lima minggu dari sekarang. Namun hasil KPU itu, dibandingakan quick count LSI Denny JA (Pilpres 2019), hanya berselisih 0,12 persen saja.
Mengapa saya katakan Pilpres 2024 ini memang bisa dimenangkan Prabowo-Gibran satu putaran saja, tanpa harus melakukan satu kecurangan yang massif, sistematik, dan terstruktur?
Itu sederhana. Simpel saja jika menggunakan data elektoral. Cukup melihat satu indikator saja. Yaitu tingkat pengenalan dan kesukaan total pemilih kepada Prabowo dan dan Gibran.
Pada survei terakhir LSI Denny JA itu (Feb 2024), Prabowo dan Gibran dikenal dan disukai pada puncaknya. Dua tokoh ini mencapai status variabel elektabilitas “tingkat dewa,” kelas premium.
Variabel elektabilitas itu terminologi untuk kondisi pembentuk elektabilitas. Yaitu tingkat pengenalan dan tingkat kesukaan.
Yang mengenal Prabowo dan Gibran sudah di atas 90 persen populasi Indonesia. Dan, yang menyukai Prabowo dan menyukai Gibran juga di atas 80 persen.
Saya sudah melakukan survei ribuan kali sejak tahun 2002. Saya tahu persis, sangat susah mencapai posisi “variabel elektabilitas” kelas premium ini.
Sepanjang pemilihan langsung nasional, posisi ini hanya pernah dicapai oleh Susilo Bambang Yudhoyono di tahun 2009 ketika ia menang satu putaran saja.
Juga ini pernah dicapai oleh Jokowi sapaan Joko Widodo di tahun 2019 ketika ia menang kedua kalinya. Kini Prabowo dan Gibran yang mencapai status itu.
Dengan variabel elektabilitas premium, tingkat dewa itu, tak diperlukan kecurangan yang massif, terstruktur, dan sistematis untuk menang telak satu putaran saja.
Mengapa saya yakin pasca election ini walaupun begitu banyak protes, politik nasional akan baik-baik saja? Tak akan terjadi kerusuhan model 1998?
Ini bisa diprediksi cukup dengan dua indikator. Pertama tingkat kepuasan, approval rating publik kepada Jokowi.
Sejak bulan Juni 2023 sampai Februari 2024, approval rating Jokowi, kepuasan publik kepada Jokowi antara 75 persen sampai 82 prsen. Memang ada publik yang tidak puas kepada Jokowi, tapi itu di bawah 20 persen saja.
Tingginya approval rating Jokowi terasa jika kita bandingkan misalnya dengan approval rating Joe Biden presiden Amerika Serikat.
Di bulan Januari 2024, approval rating Joe Biden hanya 40 persen. Di bulan yang sama, approval rating Jokowi 70 persen, dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan milik Presiden Amerika Serikat itu.
Semua gerakan protes kepada Jokowi, tak akan menemukan ekosistem yang kukuh, tak bergema ke akar rumput. Itu karena mayoritas publik puas kepada Jokowi.
Apakah publik luas kecewa dengan kondisi ekonomi, politik, budaya, hukum, sosial. Sekali lagi, data elektoral menunjukkan publik luas, mayoritas, oke- oke saja dengan situasi sekarang ini.
Lebih dari 60 persen publik luas puas dan merasa sedang- sedang saja (tidak kecewa) dengan situasi ekonomi, politik, budaya, hukum, dan keamanan.
Jelaslah ini bukan rumput kering yang mudah terbakar jika diprovokasi.
Inil medan opini. Ini lapangannya. Walaupun ada kritik di sana dan di sini, kritik itu tak akan meluas membuat kegelisahan yang massif seperti 1998.
Tapi satu hal yang harus juga kita katakan. Kritik, kesaksian dan protes dari teman-teman intelektual, akademisi, para guru besar, itu berharga untuk direnungkan.
Itu semua bagian yang penting dari civic education. Itu semua menu yang dibutuhkan untuk pematangan demokrasi. ***