Syahganda Nainggolan: Terima Kasih Ibu Mega, Salam Metal! Salam Perubahan
- Penulis : Krista Riyanto
- Senin, 15 Januari 2024 09:27 WIB
Kenapa kaum oposisi berterimakasih pada Megawati?
Selama Jokowi memimpin, Indonesia berkembang dalam kepimpinan yang totalitarian. Artinya, pemerintah dan legislatif dikuasai oleh kelompok yang satu.
Dengan demikian, berbagai keputusan, pembuatan undang-undang, pengawasan pembangunan, dan lainnya dikendalikan oleh sebuah kelompok tersebut.
Baca Juga: Deklarasi Ganjar - Mahfud dan Hubungan Antara Megawati dan Jokowi
Akhirnya Indonesia bergerak dalam arah kerusakan, seperti korupsi merajalela (terakhir kemarin lembaga negara PPATK menyebutkan angka korupsi PSN 36,67 persen), ICOR bernilai 7, demokrasi hancur, HAM hancur, dan berbagai hal lainnya semakin buruk.
Bahkan, rakyat miskin dikembangkan untuk tergantung pada subsidi negara daripada mengembangkan human capital.
Rencana terbesar kelompok pengendali kekuatan totalitarian ini berusaha mempertahankan kekuasaannya dengan membuat presidential threshold 20 persen.
Baca Juga: Prabowo Subianto Minta Waktu Temui Megawati
Namun, dalam perjalanannya kelompok ini terpecah belah. Pertama dimulai "Nasdem" dengan keluar dari kelompok itu.
Lalu diikuti PKB yang mendukung Nasdem dengan keduanya mendukung calon presiden, Anies, yang tidak disukai Jokowi.
Sejak November tahun lalu, dan secara tegas awal tahun ini, Megawati menunjukkan dirinya berbeda dengan Jokowi.
Baca Juga: Minta Gibran Mundur dengan Santun, FX Hadi Rudyatmo: Jangan Sampai Bu Megawati Dituding Main 2 Kaki
Dengan demikian, kekuatan non Jokowi sekarang ini sudah lebih besar dari pendukung Jokowi. Sehingga, meskipun Jokowi berusaha untuk menunjukkan dukungan kepada keberlanjutan kekuasaannya, hal itu tidak mungkin lagi berdampak besar.