Yudi Latif: Visi Aktualisasi Pancasila
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Kamis, 01 Juni 2023 20:06 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Indonesia ibarat kapal besar yang limbung; terperangkap dalam pusaran gelombang hari ini; tanpa jangkar kuat ke masa lalu, tanpa arah jelas ke masa depan.
Untuk mengeluarkan bahtera dari situasi limbung, sebuah negara memerlukan strategi untuk membangun hubungan yang proporsional antara tujuan (ends) dan sarana (means), antara aspirasi dan kapabilitas.
John Lewis Gaddis dalam On Grand Strategy (2018), melukiskan dua tipe kepemimpinan yang kerap muncul di sepanjang perlintasan yang mengbungkan kedua titik (tujuan dan sarana) itu: tipe landak (hedgehogs) dan tipe rubah (foxes).
Baca Juga: Yusril Ihza Mahendra: Sejarah Hari Lahir Pancasila
Tipe pertama bertindak lurus dengan menghubungkan segala sesuatu dengan visi sentral, yang memberi arah ke mana harus menuju.
Tipe kedua bertindak tak menentu, mengikuti kepekaan penciumannya yang bisa mengarah ke berbagai tujuan yang tak saling berhubungan bahkan mungkin kontradiktif.
Tipe pertama bisa memberi arah ke mana bangsa harus melangkah, akan tetapi acapkali tak bisa mendeteksi bahwa di sepanjang perlintasan visi itu ada banyak ranjau, lobang dan rawa yang harus dihindari agar bisa sampai tujuan.
Digerakkan oleh dorongan intuitif, tipe ini juga bisa kurang realistis bahwa aspirasi itu bersifat tak terbatas (infinite), sedang sarana dan kapabilitas itu selalu bersifat terbatas (finite).
Tipe kedua bisa memberi kepekaan terhadap potensi ancaman dan perubahan yang bersifat sinkronis, akan tetapi bisa melupakan visi besar kemana pergerakan harus menuju.