2024: Betulkah Indonesia Perlu Koalisi Perubahan Antitesis Jokowi
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Rabu, 10 Mei 2023 18:10 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Stasiun lebakbulus, homebase Persija dipakai jadi depo MRT. Gantinya adalah adalah stadion BMW (Bersih Manusiawi Wibawa) di Jakarta Utara. Ground breaking oleh Jokowi.
Ditingkatkan jadi internasional (nama jadi JIS), gunakan dana PEN (pinjaman pemerintah pusat). Masalahnya, daya dukungnya kurang dipikir, utamanya parkir dan jalan akses. FIFA bilang: tidak layak.
Dewa konser di JIS jadi buktinya (situasi horor pulangnya). Sampai hari ini tidak digunakan. PT. Jakpro menanggung penyusutan dan operasional Rp 200 miliar per tahun. Persija tidak sanggup sewa. Tanding atau konser internasional? GBK jelas lebih dipilih.
Baca Juga: Strategi Tim Sukses Anies untuk Atasi Kemandegan Elektabilitas Pasca Deklarasi Ganjar
Taman Ismail Marzuki, dipugar jadi internasional. Seniman TIM protes. Siapa yang mau pakai (siapa sanggup sewa). Mereka merasa dipinggirkan.
Sampai hari ini kita tidak tahu, kegiatan berkesenian di sana apa? PT. Jakpro menanggung biaya penyusutan dan operasional tiap tahun. BUMD rugi, makin rugi.
Sungai dari normalisasi jadi naturalisasi. PUPR tidak bisa kerja untuk melebarkan sungai, karena pembebasan lahannya tidak dikerjakan oleh Pemprov DKI. Ganti kebijakan “air tidak dialirkan ke laut, masukkan ke dalam tanah”. Hasilnya, jalan-jalan dibolongin.
Penataan daerah kumuh, dengan membangun rumah sewa murah, tapi fasilitas hidup lengkap. Diganti, jadi kepemilikan (ini masalah kepedulian), DP 0%, lalu DP 0 rupiah.
Sasaran berubah dari rakyat kebanyakan, menjadi yang pendapatan Rp 7 juta ke atas. Target ratusan ribu unit, tapi realisasi cuma ribuan. Mark up pembelian tanah, Dirut BUMD jadi tahanan KPK. Tersangka katanya mungkin bertambah (masih geledah geledah).