Cawapres untuk Ganjar Pranowo Masih Mengambang, Tetapi Begini Kalkulasi Strategisnya
ORBITINDONESIA.COM - Pencapresan Ganjar Pranowo (GP) secara resmi oleh PDIP pada 21 April 2023 berdampak besar. Para Ganjarists makin kompak.
Kader PDIP yang condong setuju dengan suara Bambang Pacul (yang anti-Ganjar) mulai malu-malu, dan pelan-pelan tenggelam, berhimpun jadi Ganjarists karena patuh pada suara Megawati.
Parpol-parpol kecil dan menengah segera bergabung mendukung keputusan PDIP, seperti PSI, PAN, PPP, Hanura, Perindo, Bulan Bintang. Bila Ganjar jadi presiden mereka bisa berharap konsesi politik dalam kabinet atau posisi strategis lainnya yang mampu dijadikan ATM untuk parpol.
Baca Juga: INFO PEMILU 2024: Rancangan Tahapan dan Jadwal Pemilu Legislatif, DPD dan Pilpres 2024
Cawapres untuk Ganjar masih mengambang. Belum jelas. Namun kalkulasi strategisnya adalah:
(1) Bila ingin meraup sebanyak mungkin suara kelompok Islam, maka perlu cawapres dari representasi kelompok Islam, misalnya Yahya Cholil Staquf (Ketum NU), Yaqut Cholil Qoumas (Ketua Banser NU dan Menetri Agama), Yenny Wahid (Gusdurian, darah biru NU).
(2) Bila ingin menjadikan Ganjar menjadi simbol perlawanan bagi pemberantasan korupsi dan membangun pemerintahan yang bersih, maka cawapres yang bisa dimajukan adalah Prof.Dr. Mahfud MD, atau Dr. Sri Mulyani.
(3) Andaikan mengimajinasikan pemerintahan Ganjar besok bisa merepresentasikan gerak dinamis yang mengakomodasi keinginan anak muda, maka pilihannya adalah Erick Thohir.
(4) Ganjar aman, tinggal pintar dan jeli memilih cawapres.
Di sisi lain, Anies Rasyid Baswedan (AB) yang sudah dideklarasikan oleh Nasdem pada Oktober 2022 justru masih limbung. Belum solid. Untuk menentukan cawapresnya pun bukan perkara mudah.
Masih berkelahi dengan keras di antara 3 parpol pengusung Anies. Demokrat ingin AHY harus jadi cawapres. Nasdem netral karena tidak punya kader kuat yang layak dicawapreskan. PKS sebetulnya juga sama, tidak punya kader kuat.
Paling bolak-balik mencalonkan Aher yang ketika jadi gubernur Jabar pun minim prestasi. Tapi bargaining mereka adalah: bila cawapres bukan dari PKS, maka PKS mundur dari koalisi, atau minta dana kompensasi Rp 1,5 triliun.
Kompensasi yang tidak sedikit yang berisiko pada perpecahan koalisi. Demokrat tentu malas mengeluarkan duit 1,5 T hanya untuk nombokin PKS karena AHY dicawapreskan. Toh dana itu bisa buat amunisi membayar biaya komunikasi, buzzer, dll.
Sementara PKS yang sudah kadung mata duitan besar kemungkinan akan mundur dari koalisi perubahan bila duit tidak terpenuhi. Bila PKS mundur, maka tinggal Nasdem dan Demokrat yang ada dalam koalisi, dan itu belum tercapai angka PT (Presidential Threshold-nya). Maka Anies pun bisa gagal jadi capres. Apalagi presiden.
Prabowo Subianto (PS) panas dan kecewa setelah GP dicapreskan PDIP. Angin surga Jokowi yang jadi endorse hingga menaikkan elektabilitas PS kini lenyap. Tapi ambisi untuk jadi capres tetap menyala.
Bukan cawapres. Apalagi cawapres GP yang lebih junior darinya. Maka Gerindra jadi kuda tunggangannya. Tentu PS harus mengajak parpol menengah lain agar bisa mencapai PT.
Pilihannya adalah PKB. Atau menyerobot parpol dalam koalisi lain. Misalnya PKS atau Demokrat diculiknya. Atau menggandeng Golkar.
Kalau PS menculik PKS atau Demokrat, berarti koalisi perubahan ompong. Anies pun gagal jadi capres. Bila Demokrat yang diculik PS maka AHY akan dapat kompensasi sebagai cawapres.
Bila Demokrat atau PKS yang diculik oleh PS untuk bergabung, kemungkinan kecil Golkar akan mau bergabung. Kompetisi terlalu rumit dan belum tentu menang. Intuisi politik Golkar relatif tajam.
Kemungkinan Golkar akan mendompleng jadi pendukung PDIP. Bila Golkar bergabung dengan PDIP, suara konstituen di luar Jawa akan bertambah.
PKB bisa jadi kuda liar yang dapat hinggap dengan enak dan strategis ke mana-mana sesuai arah angin. Dia bisa mengklaim sebagai representasi NU yang umatnya puluhan juta.
Baca Juga: Masih Adakah Peluang Prabowo Jadi Capres
Maka bila PKB hinggap ke PS atau Anies, maka cawapres Ganjar akan strategis bila dari representasi NU. Tapi bisa juga PKB tidak dapat apa-apa bila salah pilih koalisi. Namun karakter PKB hampir mirip dengan Golkar: mencari aman tanpa banyak keringatan.
Capres di Pilpres 2024 kemungkinan ada 3: Ganjar, Anies, dan PS. Kalau tidak ada blunder apapun dalam 9-10 bulan ke depan, Ganjar akan aman. Mesin politik pendukungnya kemungkinan bisa menaikkan elektabilitas GP secara signifikan.
Apalagi bila Jokowi juga ikut meng-endorse posisi dan prestasi Ganjar. Anies juga aman asal koalisi perubahan yang mendukungnya kompak, tidak banyak bertengkar untuk perkara mendasar yang mestinya sudah selesai awal tahun ini.
Baca Juga: Seni Tari Jaranan Putro Bandil Budoyo Kediri Tampil di Taman Mini Indonesia Indah 29-30 April 2023
PS akan menjadi kandidat serius yang bisa menguat soliditasnya dalam bulan-bulan mendatang. Apalagi bila kemudian koalisi perubahan bentukan Surya Paloh rapuh dan buyar sebelum perang yang sesungguhnya terjadi.
Bila betul PS mencapreskan diri, suara kelompok nasionalis bisa terpecah jadi 2: bersuara untuk GP dan untuk PS. Sementara suara kelompok Islam akan tunggal untuk Anies. Tentu bila pencapresan Anies tidak buyar duluan.
Time will tell. ***