DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Australia Menghapus Monarki Inggris dari Uang Kertasnya

image
Raja Charles III, wakil monarki Inggris dan mendiang Ratu Elizabeth di uang kertas Australia.

ORBITINDONESIA - Australia menghapus monarki Inggris dari uang kertasnya. Bank sentral negara itu mengatakan pada Kamis, 2 Februari 2023, uang kertas $5 yang baru akan menampilkan desain Pribumi daripada gambar Raja Charles III. 

Namun sang Raja Charles III masih diharapkan muncul pada uang koin yang saat ini bergambar mendiang Ratu Elizabeth II, monarki Inggris.

Uang kertas $5 adalah satu-satunya uang kertas Australia yang saat ini masih menampilkan gambar monarki Inggris.

Baca Juga: Jorok! Taksi Online Grab Ini Dipenuhi Kecoak, Customer Auto Shock

Bank tersebut mengatakan keputusan tersebut mengikuti konsultasi dengan pemerintah Partai Buruh kiri-tengah, yang mendukung perubahan tersebut. Para penentang mengatakan langkah itu bermotivasi politik.

Raja Inggris tetap menjadi kepala negara Australia, meskipun saat ini peran tersebut sebagian besar bersifat simbolis. Seperti banyak bekas jajahan Inggris, Australia memperdebatkan sejauh mana ia harus mempertahankan ikatan konstitusionalnya dengan Inggris.

Reserve Bank Australia mengatakan uang kertas $5 yang baru akan menampilkan desain untuk menggantikan potret ratu, yang meninggal tahun lalu. Bank mengatakan langkah itu akan menghormati "budaya dan sejarah Orang Australia Pertama."

"Sisi lain dari uang kertas $5 akan terus menampilkan parlemen Australia," kata bank tersebut dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga: Serbu Kode Promo Terbaru Dari Grab, Ada Diskon Besar Saat Gunakan GrabBike, GrabFood, dan GrabMart

Bendahara Jim Chalmers mengatakan perubahan itu merupakan kesempatan untuk mencapai keseimbangan yang baik.

"Raja akan tetap ada di koin, tetapi uang kertas $5 akan mengatakan lebih banyak tentang sejarah kita dan warisan kita dan negara kita, dan saya melihat itu sebagai hal yang baik," katanya kepada wartawan di Melbourne.

Pemimpin oposisi Peter Dutton menyamakan langkah itu dengan mengubah tanggal hari nasional, Hari Australia.

“Saya tahu mayoritas yang diam tidak setuju dengan banyak omong kosong yang terjadi, tetapi kita harus mendengar lebih banyak dari orang-orang itu secara online,” katanya kepada 2GB Radio.***

Berita Terkait