Sutradara James Cameron Ungkap Peran Penting Karakter Spider di Saga Avatar
ORBITINDONESIA.COM - Sutradara James Cameron mengungkap alasan di balik keputusan mempertahankan karakter Spider dalam saga Avatar, setelah upaya menghilangkannya dari alur cerita justru membuat keseluruhan narasi kehilangan kekuatan.
Sutradara peraih Oscar tersebut mengakui sempat mencoba menulis beberapa sekuel Avatar tanpa Spider, namun hasilnya dinilai terlalu sederhana dan tidak lagi memiliki konflik emosional yang kuat.
Dalam wawancara dengan Entertainment Weekly, Cameron menjelaskan bahwa percobaan itu dilakukan saat ia mengembangkan cerita Avatar: The Way of Water (2022), Avatar: Fire and Ash yang tayang bulan ini, serta dua film lanjutan yang telah direncanakan.
Tantangan teknis menjadi alasan awal Cameron mempertimbangkan untuk menghapus karakter yang diperankan Jack Champion tersebut.
“Kami tahu akan sangat sulit merekam aktor live action lalu menempatkan karakter itu di tengah orang-orang yang ukurannya dua kali lebih besar darinya dalam kostum performance-capture,” ujar Cameron.
Ia menyebut persoalan skala menjadi mimpi buruk tersendiri dalam proses produksi. Namun, ketika Spider dikeluarkan dari cerita, konflik utama justru kehilangan kedalaman.
“Saya mencoba menyingkirkannya dari cerita, tetapi tidak berhasil. Semuanya runtuh. Akhirnya Jake dan Quaritch hanya menjadi dua orang yang saling mencoba membunuh. Itu terlalu sederhana” kata Cameron untuk menegaskan bahwa permusuhan antara Jake Sully dan Jenderal Quaritch jadi terlalu dangkal tanpa karakter Spider.
Jake Sully, yang diperankan Sam Worthington, dan Quaritch, yang dimainkan Stephen Lang, telah menjadi musuh sejak film Avatar pertama pada 2009. Spider hadir di film kedua sebagai anak manusia yang dikandung Quaritch sebelum kematian tubuh manusianya.
Kesadaran Quaritch kemudian ditanamkan ke dalam tubuh Na’vi sintetis, menjadikan Spider sebagai simpul emosional yang menghubungkan dua tokoh utama tersebut.
Di sisi lain, Spider tumbuh bersama keluarga Sully dan diperlakukan sebagai anak kelima tidak resmi, meski Neytiri tetap menyimpan kebencian mendalam terhadap manusia atau Sky People.
Cameron menilai keterikatan emosional ini menjadi fondasi penting cerita. Ia menjelaskan bahwa Quaritch tidak hanya berjuang sebagai musuh Jake, tetapi juga sebagai sosok yang berusaha mendefinisikan ulang jati dirinya.
“Sebagian identitasnya adalah sebagai ayah dari anak ini,” ungkap Cameron, merujuk pada Spider. Konflik tersebut memperkaya dinamika cerita dan mendorong perkembangan karakter ke arah yang lebih kompleks.
Di sisi lain, Spider sendiri berada dalam dilema. Ia menolak gagasan bahwa musuh orang-orang yang ia cintai adalah ayah kandungnya. Cameron menyebut bahwa dinamika ayah-anak ini terus berlanjut di film ketiga dan justru menciptakan situasi tak terduga, di mana Jake dan Quaritch terpaksa berada dalam aliansi yang ganjil.
Avatar: Fire and Ash melanjutkan kisah tak lama setelah peristiwa The Way of Water. Keluarga Sully masih berada dalam masa berkabung tradisional Na’vi atas kematian Neteyam, putra sulung mereka yang gugur di film sebelumnya.
Duka tersebut belum sepenuhnya teratasi dan memengaruhi keputusan serta hubungan antaranggota keluarga, terutama Jake dan Neytiri.
Sementara itu, Quaritch dan organisasi RDA terus melancarkan agresi terhadap bangsa Na’vi. Ancaman baru muncul melalui Ash People, klan Na’vi yang hidup di wilayah vulkanik dan dipimpin Varang, tokoh tanpa kompromi yang menerima kekuatan destruktif api sebagai pusat keyakinannya. Kehadiran klan ini memperluas konflik Pandora ke arah yang lebih berbahaya.
Peran Spider menjadi semakin krusial ketika ia mengalami perubahan biologis yang memungkinkannya menghirup udara Pandora, yang biasanya beracun bagi manusia.
Ia juga mulai menumbuhkan “queue”, sarana penghubung khas Na’vi dengan alam dan makhluk hidup. Kondisi tersebut menjadikan Spider aset strategis bagi RDA yang berambisi menjadikan Pandora layak huni bagi manusia.
Cameron menyebut perkembangan Spider sebagai simbol harapan dan jembatan antara dua dunia. Ia menilai manusia dalam cerita Avatar tidak sepenuhnya dapat digambarkan sebagai pihak jahat, melainkan bagian dari konflik yang lebih luas tentang identitas, alam, dan kelangsungan hidup.
Evolusi Spider sendiri berakar dari konsep awal ketika Avatar 2 dan Avatar 3 semula dirancang sebagai satu film panjang, sebelum akhirnya dipecah menjadi dua bagian.
Dengan perjalanan karakter Spider yang semakin kompleks, Avatar: Fire and Ash tidak hanya melanjutkan konflik lama antara manusia dan Na’vi, tetapi juga memperluas tema tentang hubungan keluarga, pencarian jati diri, serta harapan akan kemungkinan hidup berdampingan dengan alam.
Pendekatan ini menegaskan arah baru waralaba Avatar yang tidak sekadar mengandalkan visual spektakuler, tetapi juga memperdalam lapisan emosional dan naratifnya.
(Sumber: Entertainment Weekly/Info Film) ***