Hamas Bersedia Bahas "Pembekuan atau Penyimpanan" Senjata, di Tengah Kekhawatiran Gencatan Senjata
ORBITINDONESIA.COM - Hamas bersedia membahas "pembekuan atau penyimpanan" senjatanya, kata seorang pejabat senior pada hari Minggu, 7 Desember 2025 di tengah kekhawatiran bahwa kesepakatan gencatan senjata yang baru dibuat antara Israel dan kelompok militan tersebut dapat gagal.
Berbicara kepada Associated Press di Qatar pada hari Minggu, Bassem Naim mengatakan bahwa Hamas "sangat berpikiran terbuka" tentang apa yang harus dilakukan dengan persenjataan yang tersisa.
Kesepakatan gencatan senjata yang ditengahi AS mengharuskan Hamas menyerahkan senjatanya di bawah pengawasan pemantau independen sebagai bagian dari demiliterisasi Gaza.
Pelucutan senjata merupakan bagian penting dari fase kedua dari perjanjian gencatan senjata yang terdiri dari 20 poin.
"Kita dapat membahas tentang pembekuan atau penyimpanan atau penghentian, dengan jaminan Palestina, untuk tidak menggunakannya sama sekali selama masa gencatan senjata atau gencatan senjata ini," kata Naim kepada AP.
Pada hari Minggu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan Israel "sangat dekat" untuk bergerak ke fase kedua dari kesepakatan gencatan senjata Gaza.
Namun, detail krusial masih belum ada, termasuk negara mana saja yang akan berpartisipasi dalam pasukan keamanan internasional yang ditujukan untuk Gaza, sebuah bagian penting dari perjanjian tersebut.
Netanyahu menekankan prioritas Israel pada fase selanjutnya, yaitu "melucuti senjata Hamas dan mendemiliterisasi Gaza."
Tidak jelas apakah niat Naim untuk "membekukan atau menyimpan" senjata akan memenuhi tuntutan Israel untuk pelucutan senjata berdasarkan gencatan senjata.
Ia menekankan bahwa pasukan internasional mana pun, bahkan di bawah mandat resolusi Dewan Keamanan PBB, akan memiliki wewenang terbatas di Gaza.
"Kami menyambut baik pasukan PBB untuk berada di dekat perbatasan, mengawasi perjanjian gencatan senjata, melaporkan pelanggaran, dan mencegah segala jenis eskalasi," ujarnya.
"Namun, kami tidak menerima bahwa pasukan ini memiliki mandat apa pun yang mengizinkan mereka untuk melakukan atau melaksanakan operasi di wilayah Palestina."
Sementara itu, di Forum Doha pada hari Sabtu, Qatar, Mesir, dan Norwegia menyatakan kekhawatiran mereka bahwa gencatan senjata berada dalam bahaya, dengan negosiasi mengenai fase selanjutnya berada di momen kritis.
"Saat ini, kita berada di momen kritis (gencatan senjata Gaza)," kata Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani. "Gencatan senjata itu belum terjadi, jadi yang baru saja kita lakukan hanyalah jeda."***