“Sore: Istri dari Masa Depan” Jadi Wakil Resmi Indonesia untuk Best International Feature Film di Academy Awards

ORBITINDONESIA.COM - Perjalanan film “Sore: Istri dari Masa Depan” menuju panggung internasional tak pernah terbayangkan oleh sang sutradara, Yandy Laurens. Delapan tahun setelah debut sebagai web series pada 2017, karya bertema perjalanan waktu ini bangkit dalam format film panjang dan kini resmi menjadi wakil Indonesia untuk kategori Best International Feature Film di Academy Awards.

Dalam obrolan bersama TheWrap, Laurens, pemeran utama Sheila Dara Aisha dan produser Suryana Paramita mengungkap bagaimana film ini berkembang jauh dari versi serial yang dulu viral di internet.

Meski babak awal film masih mengikuti alur web series, sebagian besar cerita mengalami perubahan signifikan. Paramita menjelaskan bahwa transformasi tersebut lahir dari perubahan hidup sang sutradara sendiri.

“Delapan tahun lalu Yandy menulis cerita ini sebagai pria lajang. Sekarang dia sudah menikah dan punya dua anak. Perspektif tentang pernikahan jauh lebih dalam,” ujar Paramita.

Film ini mengisahkan Sore, perempuan dari masa depan yang kembali ke masa lalu untuk menuntun Jonathan (Dion Wiyoko), calon suaminya agar tidak memilih jalan hidup yang berujung pada tragedi. Karakter Sore kini diperankan Sheila Dara Aisha, menggantikan Tika Bravani dari versi web series.

Sheila mengaku sudah menjadi penggemar serialnya sejak lama. Namun ketika masuk proyek film, ia menemukan bahwa karakter Sore versi layar lebar jauh lebih kompleks.

“Sore di film terasa seperti entitas yang berbeda. Saya berusaha benar-benar jujur pada naskah dan mencari empati untuk karakter ini,” katanya.

Kesulitan terbesar adalah memahami motivasi Sore yang terjebak dalam putaran waktu untuk menyelamatkan orang yang ia cintai, meski sang suami memiliki banyak kekurangan.

“Apakah ada manusia yang bisa mencintai sedalam itu?” ujar Sheila sambil tertawa. “Akhirnya kami menemukan bahwa ini bukan hanya soal cinta. Ada duka, trauma, bahkan obsesi.”

Laurens juga merasakan perubahan besar dalam pendekatannya terhadap cerita ini. Pengalaman sebagai suami dan ayah membuat tema cinta tanpa syarat terasa lebih relevan.

“Jika seseorang mencintai kita tanpa syarat, itu kesempatan kedua untuk tumbuh tanpa takut dihakimi,” katanya.

Meski termasuk dalam subgenre film time-loop romance, Laurens menyebut karyanya justru banyak dipengaruhi film fantasi dan sci-fi Asia serta Hollywood seperti “A Chinese Odyssey,” “Inception,” hingga “Rashomon.”

Paramita awalnya ragu karena film fantasi bukan genre yang mendominasi pasar Indonesia. Namun keraguan itu terbukti salah besar.

“Sore: Wife from the Future” sukses masuk lima besar film terlaris Indonesia tahun 2025, sekaligus membuka jalan menuju Oscar.

“Kami sangat bersyukur. Bisa membawa film ini ke audiens Amerika adalah pengalaman luar biasa,” ujar Paramita.

Perjalanan panjang “Sore: Wife from the Future”, dari serial YouTube pada 2017 hingga layar lebar dan kini seleksi Academy Awards menjadi bukti kuat bahwa kisah lokal dengan pendekatan emosional dan visual yang matang mampu menembus batas pasar.

Film ini juga mempertegas perkembangan industri film Indonesia yang semakin berani bereksperimen dengan genre dan narasi yang tak biasa.

Dengan pencapaian ini, “Sore: Istri dari Masa Depan” tidak hanya mewakili kreativitas sineas Indonesia, tetapi juga membuka harapan baru bagi film nasional di kancah internasional.

(Sumber: TheWrap)