Simon Aloysius Mantiri: Pertamina Tertarik Garap Blok Tuna Bersama Perusahaan Migas Rusia

ORBITINDONESIA.COM - Direktur Utama Pertamina Simon Aloysius Mantiri membuka peluang untuk menggarap Blok Tuna bersama perusahaan minyak dan gas bumi (migas) asal Rusia, Zarubezhneft.

“Kalau ada peluang untuk kami bisa meningkatkan lifting, tentu akan kami dorong dan kami ingin ambil bagian,” ucap Simon ketika ditemui setelah pelantikan anggota komite BPH Migas di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin, 10 November 2025.

Ketertarikan tersebut selaras dengan tugas Pertamina untuk turut meningkatkan produksi dan lifting minyak nasional. Apabila terdapat kesempatan bagi Pertamina untuk menggarap Blok Tuna, maka Simon akan mengikuti prosedur yang diberikan.

Selama bisa meningkatkan produksi, kata dia, tentunya Pertamina menyambut kesempatan tersebut dengan baik.

“Tinggal nanti kami mengikuti prosedurnya saja, dari aturan, compliance, dan lain-lain,” kata dia.

Sebelumnya, Kepala SKK Migas Djoko Siswanto menyampaikan, Blok Tuna akan digarap oleh perusahaan minyak dan gas bumi (migas) asal Rusia, Zarubezhneft, dan saat ini sedang mencari mitra.

“Rusia, Zarubezhneft, dia akan mengerjakan Tuna. Lagi mencari mitra juga,” ucap Djoko dalam paparan capaian kinerja SKK Migas di Jakarta, Senin, 21 Juli 2025.

Dalam kesempatan tersebut, Deputi Eksplorasi, Pengembangan, dan Manajemen Wilayah Kerja SKK Migas Rikky Rahmat Firdaus menjelaskan bahwa plan of development (POD/rencana pengembangan) 1 Blok Tuna mulanya dioperatori oleh perusahaan asal Inggris, yakni Harbour Energy Group.

Penggarapan tersebut bermitra dengan ZN Asia Ltd (ZAL), anak usaha Zarubezhneft.

Akan tetapi, situasi tersebut dipengaruhi oleh geopolitik, di mana Amerika Serikat (AS) menjatuhkan sanksi terhadap Rusia.

“KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama) Harbour, (operator) yang sebelumnya, tidak bisa lanjut kalau ada sanksi dari AS di mitra sebelahnya. Harbour selaku operator bersedia untuk menyerahkan data-datanya kepada operator selanjutnya,” kata Rikky.

Dia menyampaikan bahwa yang kini menjadi kepentingan Indonesia adalah Blok Tuna berproduksi sesuai target.

Oleh karena itu, sebagaimana yang disampaikan Djoko, Zarubezhneft perlu mencari mitra atau investor-investor baru untuk mengoperasikan blok tersebut.***