Gencatan Senjata di Gaza yang Ditengahi AS Tampaknya Berhasil Melewati Ujian Besar Pertama
ORBITINDONESIA.COM - Gencatan senjata yang ditengahi AS di Gaza tampaknya berhasil melewati ujian besar pertamanya, Israel dan Hamas menegaskan komitmen mereka terhadap kesepakatan tersebut setelah dua tentara Israel tewas di wilayah kantong tersebut pada hari Minggu, 19 Oktober 2025, yang memicu gelombang serangan udara.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka akan memulai "penegakan baru" gencatan senjata atas arahan eselon politik.
Hamas dan sayap militernya, Brigade Al-Qassam (AQB), mengatakan pada Minggu pagi bahwa mereka tetap berkomitmen pada gencatan senjata dan menolak keterlibatan dalam serangan terhadap pasukan Israel.
Komitmen gencatan senjata tersebut muncul ketika arsitek utama kesepakatan, Steve Witkoff dan Jared Kushner, dijadwalkan tiba di wilayah tersebut, menurut sumber yang mengetahui perencanaan tersebut, seiring dengan langkah pemerintahan Trump untuk mengimplementasikan fase selanjutnya dari perjanjian tersebut.
Wakil Presiden JD Vance juga diperkirakan akan memimpin delegasi AS ke Israel minggu ini, menurut sumber yang mengetahui rencana tersebut kepada CNN.
“Pemerintah tetap fokus pada implementasi perjanjian damai dan kami bekerja sama secara aktif dengan mitra kami untuk mewujudkannya. Kami tidak akan merinci percakapan diplomatik pribadi yang sedang berlangsung,” kata seorang pejabat AS kepada CNN.
Sebelumnya pada hari Minggu, Israel melancarkan serangkaian serangan di Gaza setelah menuduh Hamas melakukan serangan yang menewaskan dua tentara IDF – Mayor Yaniv Kula, 26, dan Sersan Staf Itay Yavetz – menandai pertama kalinya pasukan Israel tewas di Gaza sejak gencatan senjata.
Serangan Israel menewaskan sedikitnya 44 orang di beberapa wilayah Gaza pada hari Minggu, menurut data dari rumah sakit di Gaza.
Baik Hamas maupun IDF saling menyalahkan atas pelanggaran gencatan senjata.
Kepanikan muncul di Gaza selama serangan tersebut, di mana kerumunan terlihat berkumpul di rumah sakit al-Aqsa ketika para korban dilarikan ke fasilitas tersebut.
"Kami sedang duduk di kafetaria, minum teh dan kopi, dan tiba-tiba kami mendengar berita — mereka diserang dan dibom, dan semua orang tewas. Hanya itu yang terjadi," ujar Salih Salman, saudara laki-laki salah satu warga Palestina yang tewas, kepada Reuters.
Di tengah serangan yang kembali terjadi, AQB mengatakan telah menemukan jenazah sandera Israel lainnya dalam operasi pencarian yang sedang berlangsung, "dan akan menyerahkannya hari ini jika kondisi lapangan memungkinkan."
AQB memperingatkan bahwa setiap eskalasi oleh militer Israel akan "menghambat pencarian, penggalian, dan pemulihan jenazah."***