Ketua MPP PKS Desak BPK Audit Investigatif Terhadap Proyek Kereta Cepat Whoosh

ORBITINDONESIA.COM - Ketua MPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mulyanto, mendesak Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) melakukan audit investigatif terhadap proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Whoosh yang memiliki utang jumbo, mencapai Rp 116 triliun.

Ia mendukung sikap Menkeu yang menolak membayar utang Whoosh menggunakan APBN, sebab sejak awal proyek ini perhitungan ekonominya tidak transparan dan proyeksi pendapatan terlalu optimistis.

Karena itu, BPK harus melakukan audit investigatif untuk menilai potensi kerugian negara akibat keputusan investasi, cost over run, dan dukungan terselubung kepada BUMN.

Sementara Ketua Dewan Ekonomi Nasional Luhut B Pandjaitan mengakui proyek Whoosh sudah “busuk” dari awal, dan membutuhkan audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Luhut juga menegaskan, tidak meminta pembayaran utang dari APBN.

Fokus saat ini, kata dia, adalah menyelesaikan proses restrukturisasi utang dengan China yang tertunda karena pergantian pemerintahan. Ia menyebut China telah menyatakan kesediaannya untuk melakukan restrukturisasi. Kini proses restrukturisasi, kata dia, tinggal menunggu Keppres pembentukan tim negosiasi.

Utang jumbo proyek kereta cepat Whoosh yang telah membuat keuangan beberapa BUMN mengalami pendarahan hebat, akan direstrukturisasi. Akan dilakukan pembahasan dengan mitranya, perusahaan swasta China.

Proyek tersebut pada awalnya dirancang bersifat swasta murni (B to B). Uang negara tidak dilibatkan. Menkeu Purbaya pun sudah memastikan tak akan ikut menalangi.

Namun, meskipun berupa proyek swasta, secara tidak langsung ada duit negara yang terlibat di situ melalui BUMN yang menggarap proyek tersebut yakni PT Kereta Api Indonesia, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, PT Jasa Marga (Persero) Tbk, dan PTPN, yang tergabung dalam konsorsium PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI).

Karena itu, saran Ketua MPP PKS Mulyanto supaya Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) melakukan audit investigatif terhadap proyek tersebut sudah tepat. Banyak kalangan sudah pula menaruh curiga bahwa biaya proyek tersebut kelewat mahal.***