DECEMBER 9, 2022
Buku

Supriyanto Martosuwito: Buku Kesaksian 23 Wartawan KOMPAS Penuh Cerita yang Menarik

image
Buku Kesaksian 23 Wartawan KOMPAS (Foto: Supriyanto Martosuwito)

Jarang saya membaca buku tebal secepat ini. Mata saya tak sekuat dulu; gampang lelah - selain banyak yang saya pikirkan dan kerjakan, karena juga terpanggil ikut mengurus bangsa dan negara (wuiih!!) - sehingga semakin sulit menyelesaikan buku dengan sekali baca.

Buku setebal 520 halaman ini pun tidak sekali baca. Namun begitu membuka halamannya, sulit berhenti. Jika ketemu orangnya, Bung Albert Kuhon, sungguh, saya sedia menjura!

Beliau, nyata senyata-nyatanya seorang Suhu!

Baca Juga: Survei Litbang Kompas: Pemilih Perempuan Lebih Condong ke Ganjar Pranowo

Albert Kuhon adalah wartawan senior yang hanya tujuh (7) tahun bekerja di ‘Kompas’, dengan cerita getir dipaksa berhenti, setelah mendirikan Serikat Pekerja ‘Kompas’. Pemred Pak Jakob Oetama tak mengizinkannya, melarangnya, dan minta agar membubarkannya. Albert bersikukuh bahwa itu haknya. Dia pun tidak boleh menulis, tepatnya redaktur dilarang memuat tulisannya. Akibatnya dia datang setiap hari tapi tidak menulis. Meliput percuma, karena tidak dimuat.

Maka, di antara ketidakjelasan statusnya itu, dia menyusun buku ini. Awalnya hanya menulis tentang Sejarah Pers Indonesia (ditampilkan sebagai ‘Pendahuluan’), lalu merembet ke profil teman temannya. Maka di buku ini ada ditulis sejarah pers Indonesia sejak zaman Batavia hingga era Tiktok seperti sekarang ini.

ANEHNYA dia tidak mendendam pada ‘Kompas’. Bahkan menulis tentang rekan rekannya di ‘Kompas’. Dia juga datang kembali menemui rekan rekannya di redaksi media itu, tanpa rasa canggung. Di buku ini, selain menulis deretan kekecewaan, juga banyak puji-pujian pada Jakob Oetama selaku boss ‘Kompas’ .

Baca Juga: Survei Litbang Kompas: Mayoritas Responden Sebut Gibran Maju Pilpres 2024 adalah Bentuk Politik Dinasti

“Ambil berkahnya, gara gara dipaksa berhenti di ‘Kompas’ saya diajak Albert Hasibuan jadi Kepala Biro di Washington buat ‘Suara Pembaruan’, ” katanya kepada Bayu Sutiyono di channel Siber (‘Singkat Berita’) Youtube.

Ini buku tentang ‘Kompas’ yang bukan terbitan Gramedia (Gm), makanya cerita getir tentang perusahaan ‘Kompas’ banyak tertulis di sini.

Misalnya, ketika parta jurnalis makin kesulitan menulis, karena halamannya diserobot iklan. Tulisan diharapkan yang bisa mendatangkan iklan, features dan laporan serial dibatasi. Tulisan tak lagi tuntas. Mau dibawa kemana koran ini. Kenapa Kompas kok jadi mata duitan gini? keluh para jurnalis senior era 1980an di buku ini.

Baca Juga: Survei Litbang Kompas: Prabowo-Gibran Bertengger di Puncak dengan Elektabilitas 39,3 Persen, Pilpres Bisa 2 Putaran

Buku ini dirilis oleh Penerbit KKK (Kosa Kata Kita) yang dikelola oleh Kurniawan Junaedhie, sastrawan dan jurnalis, mantan editor ‘Kompas Cyber Media’.

Halaman:

Berita Terkait