Revolusi Pemikiran Feminis, dalam Buku "The Second Sex," Simone de Beauvoir
- Penulis : Khoirotun Nisak
- Jumat, 04 Juli 2025 15:33 WIB
.jpg)
ORBITINDONESIA.COM - Ditulis pada tahun 1949, The Second Sex karya Simone de Beauvoir bukan sekadar buku, melainkan sebuah epik filosofis yang secara radikal mengubah cara kita memahami gender dan eksistensi manusia.
Beauvoir dengan berani mendeklarasikan bahwa "Seseorang tidak dilahirkan sebagai wanita, melainkan menjadi seorang wanita," sebuah kalimat yang menjadi landasan bagi pemikirannya tentang konstruksi sosial gender.
Buku ini adalah eksplorasi mendalam tentang bagaimana perempuan, sepanjang sejarah dan dalam berbagai aspek kehidupan, telah dikonseptualisasikan dan dipaksa menjadi "Liyan" (the Other) di hadapan laki-laki yang dianggap sebagai "Subjek" universal.
Baca Juga: Buku "Young On Top": Menjadi Muda, Hebat dan Punya Arah
Beauvoir secara sistematis membongkar mitos-mitos yang membentuk identitas perempuan, dari perspektif biologi, psikoanalisis, materialisme historis, hingga analisis sosiologis tentang pengalaman perempuan dalam pernikahan, maternitas, prostitusi, dan kehidupan intelektual.
Kekuatan paling menonjol dari The Second Sex terletak pada kedalaman analisisnya yang multidisipliner. Beauvoir tidak hanya terpaku pada satu bidang ilmu, melainkan merajut argumennya dari berbagai disiplin untuk menunjukkan betapa tertanamnya subordinasi perempuan dalam struktur masyarakat.
Dia dengan cermat menguraikan bagaimana mitos-mitos patriarki telah menjustifikasi dominasi laki-laki, menggambarkan perempuan sebagai makhluk irasional, emosional, dan pasif yang terikat pada alam, sementara laki-laki diasosiasikan dengan akal, kebebasan, dan transcensi.
Misalnya, dalam bab tentang "Mitos-Mitos", Beauvoir menganalisis bagaimana figur Hawa, Pandora, atau penyihir telah digunakan untuk menggambarkan perempuan sebagai penyebab kekacauan dan kejatuhan.
Ia juga menelaah bagaimana biologi disalahgunakan untuk membatasi perempuan pada peran reproduktif, mengabaikan potensi mereka sebagai individu yang bebas.
Lebih lanjut, analisis Beauvoir tentang psikoanalisis Freudian sangat tajam, menyoroti bagaimana teori-teori tersebut sering kali menormalkan penyesuaian perempuan pada peran subordinat, alih-alih mempertanyakan struktur yang menindas.
Baca Juga: Buku Mark Manson, "Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat"
Keseluruhan analisisnya menunjukkan bahwa opresi perempuan bukan takdir alamiah, melainkan hasil dari konstruksi sosial yang disengaja untuk mempertahankan hierarki kekuasaan.