DECEMBER 9, 2022
Ekonomi Bisnis

IMD: Penurunan Daya Saing Indonesa ke Posisi 40 Secara Global adalah Imbas Perang Tarif

image
Pekerja menyelesaikan produksi pakaian di kawasan Sentra Industri Rajut Binong Jati, Bandung, Jawa Barat, Sabtu, 14 Juni 2025. . ANTARA FOTO/Novrian Arbi/YU.

Selain itu nilai ekspor layanan komersial juga masih tergolong rendah karena ada di peringkat 63 dari 69 negara. Kekuatan performa ekonomi Indonesia ditopang oleh pertumbuhan PDB per kapita dan riil.

Terkait efisiensi pemerintah, kerangka kerja institusional mendapat rapor merah, turun dari peringkat 25 ke 51. Pemerintah perlu memperbaiki struktur biaya yang tidak efektif, kemudahan prosedur membuat perusahaan baru, cadangan mata uang asing per kapita, hingga tingkat kekuatan paspor Indonesia. Sementara kekuatan efisiensi pemerintah terletak pada pengumpulan pajak pendapatan serta orang pribadi.

Efisiensi bisnis Indonesia turun dari 14 ke 26. Hal-hal yang perlu mendapat perhatian adalah soal ketersediaan tenaga kerja asing, akses ke layanan finansial, serta tingkat produktivitas keseluruhan dan tenaga kerja.

Baca Juga: Survei: Peringkat Daya Saing Sumber Daya Manusia Indonesia Nomor Tiga di ASEAN

Sementara di sektor infrastruktur yang paling perlu mendapat perhatian terkait infrastruktur teknologi yang merosot dari 32 ke 46.

Penurunan ini terutama akibat rendahnya total belanja kesehatan (68 dari 69 negara), total belanja pemerintah untuk pendidikan (66), jumlah paten yang berlaku (66), hingga kecepatan bandwidth internet (66) yang hanya 28,9 Mbps dari rata-rata 138 Mbps.

Serupa dengan Indonesia, peringkat Turki juga anjlok 13 peringkat. Penurunan kedua negara ini menjadi yang terburuk dibanding negara-negara lain dalam peringkat WCR 2025. Untuk Turki, kemerosotan peringkat daya saing negara itu imbas buruknya kondisi ekonomi negara itu, khususnya terkait krisis mata uang.***

Baca Juga: Pelatihan dan Sertifikasi Tingkatkan Kompetensi dan Daya Saing Sumber Daya Manusia Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Halaman:

Berita Terkait