Kesehatan Tanah untuk Keberlanjutan Ekosistem
- Penulis : Mila Karmila
- Minggu, 11 Mei 2025 08:52 WIB

Penggunaan lahan secara berkelanjutan berarti tanah digunakan sesuai dengan kapasitas alaminya. Tanah yang tidak cocok untuk pertanian sebaiknya difungsikan untuk layanan ekosistem lain seperti hutan penyangga karbon, pelindung keanekaragaman hayati, dan penyaring air alami.
Sehingga konsep Kesehatan tanah masih perlu diperjelas, Kesehatan tersebut untuk siapa? Karena konsep yang menyamakan kesehatan dengan manusia, maka banyak persepsi lebih cenderung menyebut tanah subur adalah tanah sehat.
Tanah di Pulau Jawa relatif subur karena mendapat limpahan abu vulkanik. Sebaliknya, tanah di wilayah lain yang tidak terpengaruh aktivitas vulkanik cenderung tidak subur karena pelapukan dan pencucian alami yang berlangsung lama. Namun, hal ini tidak berarti tanah tersebut tidak sehat.
Baca Juga: PM Spanyol Pedro Sanchez Kecam Trump: Tak Ada Real Estat Bisa Tutupi Kejahatan di Gaza
Konsep kesehatan tanah telah menumbuhkan kepedulian dan rasa ingin merawat tanah. Namun, fokus pada kesehatan tanah tidak dapat berjalan tanpa ada kemauan, pendidikan, dan peraturan yang menjaga kesinambungan tanah.
Agar tanah dapat benar-benar dapat dijaga dan dilindungi, sangat penting untuk mengintegrasikan konsep kesehatan tanah ke dalam kerangka kerja yang lebih luas, yaitu ketahanan tanah (soil security).
Soil security berarti pemeliharaan dan peningkatan sumber daya tanah sehingga dapat menghasilkan pangan, air, dan keragaman hayati, berkontribusi pada keberlanjutan ekosistem.
Baca Juga: Tadahiko Ito: Jepang Akan Menangani Penggunaan Kembali Tanah Dekontaminasi Radiasi Fukushima
Pada konteks tersebut, kesehatan tanah merupakan kondisi tanah yang dapat mendukung soil security untuk keberlanjutan ekosistem termasuk kehidupan manusia di atasnya.
*Prof. Budiman Minasny, penulis artikel ini adalah Profesor Ilmu Tanah dan Lingkungan Sydney University.***