DECEMBER 9, 2022
Kolom

Kesehatan Tanah untuk Keberlanjutan Ekosistem

image
Ilustrasi - Foto udara petani membajak sawah menggunakan traktor di lahan terasering Desa Kalisemut, Kecamatan Padang, Lumajang, Jawa Timur, Rabu, 7 Mei 20252. ANTARA FOTO/Irfan Sumanjaya/Spt.

Pada 1990-an muncul istilah kualitas tanah (soil quality) yang menekankan pada fungsi tanah secara keseluruhan, termasuk kemampuan tanah mendukung produksi tanaman.

Baru berikutnya, sejak 2010-an, istilah kesehatan tanah mulai digunakan secara lebih luas. Namun, apakah ini hanya sekadar “ganti casing” atau penggantian istilah dengan makna yang sama?

Kata “sehat” lebih mudah dipahami oleh masyarakat umum maupun pembuat kebijakan. Istilah ini juga dapat dikaitkan dengan kesehatan tanaman dan kesehatan manusia.

Baca Juga: PM Spanyol Pedro Sanchez Kecam Trump: Tak Ada Real Estat Bisa Tutupi Kejahatan di Gaza

Dengan menggunakan kata ‘sehat’, tanah diposisikan sebagai sistem yang hidup, bukan sekadar benda mati, tapi memiliki dan mendukung kehidupan.

Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), kesehatan tanah adalah kemampuan tanah untuk berfungsi sebagai sistem hidup dalam batas ekosistem dan penggunaan lahan, guna mendukung produktivitas tanaman dan hewan, menjaga atau meningkatkan kualitas air dan udara, serta mendukung kesehatan tanaman dan hewan.

Definisi ini menegaskan bahwa tanah adalah ekosistem hidup yang memiliki berbagai fungsi penting, tidak hanya untuk pertanian.

Baca Juga: Tadahiko Ito: Jepang Akan Menangani Penggunaan Kembali Tanah Dekontaminasi Radiasi Fukushima

Ciri tanah sehat

Jika ditanya apa ciri-ciri tanah sehat, ahli pertanian biasanya menjawab bahwa tanah sehat mempunyai bahan organik yang tinggi, hewan tanah yang banyak, dengan tekstur lempung, pH netral (tidak terlalu asam atau basa), tidak mengandung unsur beracun, serta kemampuan serapan hara yang baik.

Namun, mari mengambil contoh tanah di Sumatra Selatan yang masih berupa hutan alami. Tanah ini berasal dari batuan endapan tua yang sudah banyak mengalami pelapukan. Warnanya merah, pH-nya asam, kadar liatnya tinggi, namun daya serap haranya rendah.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Menuju Perang Dingin 2.0, dan Kekalahan Amerika Serikat?

Menurut kriteria di atas, tanah ini bisa dibilang tidak sehat. Namun kenyataannya, tanah ini mendukung hutan tropis yang lebat dan subur.

Halaman:

Berita Terkait