Guru Besar FKUI Andi Arus Victor Presentasikan Upaya Preventif Risiko Kebutaan Mendadak dan Permanen
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Minggu, 29 September 2024 19:57 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Guru Besar bidang Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Andi Arus Victor mempresentasikan penelitian sebagai upaya preventif risiko ablasio retina, sebuah kondisi medis yang menyebabkan kebutaan mendadak dan permanen apabila tidak segera ditangani.
Andi Arus Victor dalam keterangannya, Minggu, 29 September 2024 menekankan pentingnya pencegahan sebagai langkah awal untuk menekan angka kejadian ablasio retina, yang di dunia mencapai 6,3-18,2 kasus per 100.000 penduduk per tahun.
Menurut data dari Poliklinik Vitreoretina RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo yang dikutip Andi Arus Victor, setiap tahun tercatat sekitar 1.500 kasus ablasio retina regmatogen di Indonesia, dengan mayoritas pasien berusia produktif dan memiliki risiko kebutaan permanen.
Baca Juga: Habibah S. Muhiddin: Klinik Mata di Makassar untuk Tekan Angka Kebutaan Akibat Katarak
"Ablasio retina adalah salah satu kondisi medis paling berbahaya bagi penglihatan. Ketika retina terlepas dari lapisan di bawahnya, pasien bisa mengalami kebutaan mendadak," ujar Andi.
Faktor risiko ablasio retina termasuk miopia, trauma pada mata, serta riwayat operasi katarak. Meskipun prosedur operasi seperti vitrektomi, pneumatic retinopexy, dan scleral buckle bisa mengatasi kondisi ini, Andi menekankan bahwa teknologi operatif yang diperlukan sangat mahal dan tidak merata distribusinya di Indonesia.
Keterbatasan alat fotokoagulasi laser, misalnya, hanya tersedia di 25 provinsi. Namun, ada solusi yang lebih efisien dan preventif.
Baca Juga: Puluhan Penyandang Tunanetra di Solo, Jawa Tengah Belajar Al Quran Braille di PPSW Wanodyatama
“Upaya laser pada area degenerasi lattice di retina perifer terbukti mampu menurunkan risiko ablasio retina hingga 80 persen. Ini adalah pilihan yang lebih ekonomis dan lebih mudah dilatih bagi tenaga medis dibandingkan dengan tatalaksana operatif,” tuturnya menjelaskan.
Ia menegaskan bahwa peran pemerintah dan tenaga medis sangat penting dalam memperkuat edukasi mengenai gejala awal, serta meningkatkan akses terhadap pemeriksaan mata rutin.
“Investasi dalam kesehatan mata, terutama dalam penyediaan fasilitas laser preventif dan pelatihan tenaga medis, harus ditingkatkan. Dengan upaya terpadu, kita bisa mengurangi kasus ablasio retina dan meningkatkan kualitas penglihatan masyarakat Indonesia,” ujarnya.***