Komite Keamanan Nasional Parlemen Iran Sidang Darurat, Fokus Membahas Serangan Israel dan Situasi Lebanon
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Minggu, 29 September 2024 03:43 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Komite Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri Parlemen Iran mengadakan sidang darurat pada Sabtu, 28 September 2024 untuk membahas serangan terbaru Israel di kawasan tersebut, dengan fokus utama pada situasi di Lebanon.
Juru bicara komite, Ebrahim Rezaei, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa sidang parlemen Iran itu berfokus pada "penyelidikan terhadap peristiwa-peristiwa terbaru di wilayah tersebut, termasuk kejahatan yang dilakukan oleh rezim Zionis di pinggiran selatan Beirut."
Rezaei menambahkan, "Zionis sedang menyaksikan hari-hari terakhir mereka di wilayah pendudukan, dan peristiwa-peristiwa ini akan menandai awal dari akhir bagi rezim Zionis yang terkutuk dan kriminal."
Pernyataan ini muncul setelah pengumuman dari tentara Israel pada Sabtu bahwa mereka telah "berhasil" membunuh Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah, dalam serangan udara di pinggiran selatan Beirut pada Jumat malam.
Hizbullah mengonfirmasi kematian pemimpinnya pada Sabtu.
Sejak Senin, 23 September 2024, serangan udara Israel telah menghancurkan Lebanon, menewaskan hampir 800 orang dan melukai lebih dari 2.300, menurut data dari Kementerian Kesehatan Lebanon.
Baca Juga: Ribuan Warga Lebanon Mengungsi ke Suriah di Tengah Gempuran Serangan Udara Israel
Kementerian juga melaporkan bahwa sejak Oktober lalu, jumlah korban tewas di Lebanon mencapai 1.622, dengan 98.800 orang terlantar dari wilayah selatan dan timur negara tersebut.
Hizbullah dan Israel telah terlibat dalam perang lintas batas sejak serangan besar-besaran militer Israel terhadap Gaza pada 7 Oktober tahun lalu.
Konflik di Gaza telah merenggut nyawa hampir 41.600 orang, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak.
Masyarakat internasional telah menyampaikan keprihatinan mendalam atas serangan udara Israel di Lebanon, memperingatkan bahwa serangan tersebut bisa memperluas konflik Gaza menjadi perang regional yang lebih luas.***