Denny JA Berkarya di Era Financial Freedom
- Penulis : Dody Bayu Prasetyo
- Kamis, 15 Agustus 2024 09:32 WIB
Oleh: Gola Gong
ORBITINDONESIA.COM - Denny JA memang manusia produktif, kreatif, dan inovatif. Dan visioner. Saya mengenal dia sejak menulis esai politik di Kompas (tahun 1980-an).
Dia kontroversial. Pro dan kontra. Siapa pun yang berhubungan dengannya pasti akan ada yang tidak suka, bahkan harus siap dicaci-maki.
Baca Juga: Tafsir Humanis Ibadah Kurban: Respon atas Esai Denny JA soal Kurban Hewan di Era Animal Right
Saya merasakan itu—bahkan hingga ke fisik. Padahal saya tidak pernah mengambil keuntungan secara pribadi darinya. Setiap ada tawaran untuk menulis tentang Puisi Esai, saya menjaga jarak walaupun honornya menggiurkan. Saya menghargai perasaan teman-teman saya yang kontra dengannya.
Saya memang mendukung Puisi Esai. Bagi saya, itu ranah kreativitas. Jika ada yang bilang Puisi Esai jelek, silakan saja berargumentasi. Jika bagus, juga tidak masalah bagi saya. Sastra itu tidak bisa memuaskan semua orang.
Semakin lama, semakin saya memahami Denny JA. Begitulah perilaku orang yang sudah *financial freedom* (bebas secara keuangan), selalu tidak pernah berhenti melakukan sesuatu.
Baca Juga: ORASI DENNY JA: Berakhirnya Era Kreator yang Tak Gunakan Artificial Intelligence
Tentu kita tahu, siapa saja yang secara pribadi pernah dibantu secara materi oleh dia. Kita pun tahu, media apa saja yang pernah disokongnya secara materi.
Bagi saya, Denny JA tidak ubahnya seperti Setiawan Djodi di musik, Bill Gates, atau filantropis lainnya. Ternyata untuk posisi itu, jalan terjal penuh liku harus dilaluinya.
Denny JA memang tidak sekadar mengucurkan uangnya kepada siapa saja yang menurutnya perlu dibantu, tapi dia sendiri inisiator, kreator, dan motivator.
Baca Juga: Denny JA Diundang Presiden Jokowi Berdiskusi Empat Mata di Istana Negara: Inilah yang Dibahas
Ya, dia tidak sekadar filantropi, tapi juga berkarya di seni lukis, sastra, dan musik.