DECEMBER 9, 2022
Ekonomi Bisnis

Basuki Hadimuljono: Air Siap Minum Akhirnya Mengalir di IKN, Kualitasnya Lebih Baik dari Air Minum Dalam Kemasan

image
Salah satu tim redaksi ANTARA menyicip air hasil olahan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Sepaku, IKN di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur, Jumat, 2 Agustus 2024. ANTARA/Andi Firdaus

ORBITINDONESIA.COM - Air bersih merupakan kebutuhan vital bagi manusia. Namun, air bersih saja belum cukup untuk menopang kehidupan di permukiman. Apalagi kawasan besar yang dirancang sebagai ibu kota negara seperti IKN.

Penanggung jawab pembangunan Ibu Kota Nusantara atau IKN sudah memastikan adanya pasokan air itu. Air yang bukan sekadar bersih, melainkan layak minum setelah melalui proses pengolahan.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengklaim kualitas air minum yang dipersiapkan untuk konsumen di IKN, Kalimantan Timur, lebih baik dari air minum dalam kemasan (AMDK).

Baca Juga: Kementerian PUPR Sebut 14 dari 36 Rumah Menteri di IKN Telah Dilengkapi Perabotan

"Jadi kualitas air sebagai hasil instalasi pengolahan air, sudah standar, bahkan insya Allah lebih baik daripada air minum kemasan," katanya pada awal Agustus lalu.

Tim ANTARA yang berada di IKN, Jumat, 2 Agustus siang, berupaya menjajal air itu sekaligus meninjau mekanisme pengolahan di fasilitas Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU).

Untuk menuju ke lokasi SPAM Sepaku, tim menyusuri akses Jalan Negara Penajam Paser Utara dengan waktu tempuh sekitar 30 menit dari kawasan Titik Nol IKN dengan menggunakan mobil.

Baca Juga: PUPR: Bendungan Sepaku Semoi dan Intake Sepaku Fasilitasi Kebutuhan Air Baku di IKN Hingga Satu Dekade

Dari gapura masuk bertuliskan "Intake Sepaku", tim mengarah ke wilayah yang lebih tenang dari ingar bingar kegiatan konstruksi pembangunan IKN dan relatif kurang padat penduduk.

Sesampai di lokasi SPAM, tampak sejumlah bangunan instalasi air dan taman yang masih dalam tahap penyelesaian akhir (finishing), termasuk beberapa bangunan yang masih setengah jadi.

Personel lapangan SPAM Sepaku, Muhammad Ardito, yang menyambut kedatangan tim menyebut, progres pembangunan SPAM Sepaku secara keseluruhan mencapai 90 persen rampung dan mulai mengaliri air ke kawasan IKN sejak pekan lalu, usai merampungkan tes pada 20--22 Juli 2024.

Baca Juga: Basuki Hadimuljono: Presiden Jokowi Beri Nama Gedung Kantor Presiden di IKN sebagai Istana Garuda

SPAM Sepaku tahap I ini ditargetkan akan melayani Istana Garuda dan Istana Negara IKN, gedung Kemensetneg, penginapan Paspampres, Kompleks Kemenko 1, 2, 3, dan 4, Amphiteather, Galeri, Service Area, Hunian ASN, Rumah Tapak Jabatan Menteri (RTJM), dan fasilitas umum lainnya, seperti hotel, sekolah, pertokoan, dan rumah sakit.

Mekanisme pengolahan air

SPAM Sepaku dilengkapi dengan instalasi lima tahap pengolahan air minum hingga sampai ke konsumen di kawasan IKN. Instalasi pengolahan air (IPA) di lokasi itu berkapasitas 300 liter per detik.

Baca Juga: Presiden Jokowi Perlihatkan Ruang Konferensi dan Balkon di Istana Garuda, Gedung Kantor Presiden di IKN

Lima tahap pengolahan air dimulai dari instalasi aerasi, rumah kimia, koagulasi-flokulasi-sedimentasi, filter pasir cepat, dan desinfeksi plus clearwell, yang masing-masing berada pada bangunan persegi empat pada jarak yang saling berdekatan.

Ardito menjelaskan bahwa air baku yang diolah di SPAM Sepaku bersumber dari Sungai Sepaku yang mengalir tepat di sisi SPAM. Air sungai tersebut kemudian masuk ke fasilitas aerasi untuk mengoksidasi besi (Fe) dan mangan (Mn) agar tidak terlarut serta memudahkan pengendapan.

Fasilitas pengudaraan itu berbentuk bangunan bundar berundak yang mirip seperti air mancur. Tahap aerasi untuk asupan oksigen air baku dilakukan dengan teknik pelontar air ke udara menggunakan pompa.

Baca Juga: Sekjen PSI Raja Juli Antoni Tekankan Komitmen Prabowo-Gibran tentang Keberlanjutan Pembangunan IKN

Usai proses aerasi, air dialirkan menuju rumah kimia sebagai tempat untuk melarutkan bahan kimia (koagulan) dan dosing bahan kimia yang terkandung pada air baku.

Pada tahap pengolahan lanjutan, air dialirkan menuju fasilitas koagulasi-flokulasi-sedimentasi (KFS) untuk menurunkan kadar partikel koloid pada air dengan mencampurkan reagen kimia sehingga terbentuk partikel-partikel (flok) yang secara cepat dan mudah dapat diendapkan.

Koagulasi adalah tahapan awal pemecahan molekul atas, flukolasi untuk pemecahan molekul bawah dan memisahkan flokulan. Sedimentasi merupakan tahap akhir KFS memisahkan air dengan lumpur.

Baca Juga: Sarapan Hari Kedua di IKN, Presiden Jokowi dan Ibu Iriana Disuguhi Soto Banjar Hingga Wedang Sereh

Selain KFS, kata Dito, air juga kembali diolah menggunakan instalasi filter pasir cepat untuk memisahkan partikel halus yang masih tersisa dalam air dengan menggunakan media pasir silika dan antrasit sebagai saringan.

Setelah melalui tahap filtrasi, air dialirkan menuju instalasi ozonisasi untuk dicampur O3 yang berguna mengurai bakteri dan zat berbahaya. Ozonisasi akan mengoksidasi kontaminan organik dan anorganik yang masih tersisa dari unit pengolahan sebelumnya.

Air hasil produksi yang telah memenuhi kualitas air minum atau portable water itu kemudian didesinfeksi dengan klor yang berfungsi untuk menjaga kualitas air minum dari bahaya bakteri patogen pada instalasi clearwell.

Baca Juga: Bambang Ismawan: Peringati HUT Republik Indonesia di IKN, 800 Prajurit TNI Dikerahkan Jadi Petugas Upacara

Seluruh proses pengolahan dari mulai air baku sampai clearwell berkisar 3--4 jam, sebelum dikirim ke reservoir atau bak penampungan air.

Clearwell berfungsi untuk meratakan desinfektan dalam air serta menampung air minum sebelum dialirkan ke reservoir induk.

Air yang telah diolah di clearwall, kemudian dipompa melalui jaringan pipa menuju reservoir induk yang berjarak sekitar 16 kilometer dari SPAM.

Baca Juga: Grace Natalie: Kehadiran Pemengaruh Bersama Presiden Jokowi di IKN Adalah Bentuk Transparansi Publik

Pompa tersebut diperlukan, sebab reservoir atau bak penampungan berkapasitas 2x6.000 liter kubik berada pada elevasi lahan bukit setinggi 31 meter dari lokasi SPAM di elevasi 19 meter dari permukaan laut.

Untuk sampai ke konsumen di kawasan IKN, operator SPAM mendistribusikan air via jaringan pipa, menggunakan teknik gravitasi sejauh sekitar 22 kilometer.

Air yang siap diminum itu dialirkan menggunakan jaringan distribusi utama (JDU) multi-utility tunnel (MUT) dan non-MUT. "JDU non-MUT sepanjang 2.946 meter, JDU MUT 7.995 meter, dan JDP MUT sejauh 11.692 meter," katanya.

Baca Juga: Kementerian PUPR: Bandara Dekat IKN Diperuntukkan sebagai Bandara Komersial, Bisa Dimanfaatkan Masyarakat

Mencicip air

Tim ANTARA menyempatkan untuk mencicip air yang diolah SPAM Sepaku secara langsung dari keran yang tersedia di salah satu sisi bangunan instalasi clearwell. Lokasi itu merupakan tempat yang sama saat Menteri PUPR Basuki Hadimuldjono sebelumnya menyicip air.

Dari penampakannya, air minum yang telah diolah SPAM Sepaku umumnya bersih. Jika dibandingkan dengan salah satu AMDK produksi perusahaan lokal, air IKN tampak lebih bening dan bersih.

Baca Juga: Tenaga Ahli Utama KSP, Ade Irfan Pulungan: Presiden Jokowi Penuhi Janji Berkantor di IKN Menjelang HUT ke-79 RI

Berdasarkan hasil uji kualitas air oleh Kementerian PUPR, SPAM Sepaku berhasil mengubah tingkat kekeruhan air sungai dari 27.000 lebih ke 0,208 Nephelometric Turbidity Unit (NTU) sehingga terlihat lebih bening.

Produksi air yang mengadopsi skema pengolahan dari perusahaan Korea itu tidak memiliki rasa yang mencolok. Proses pengolahan, yang mencakup filtrasi dan penambahan mineral tertentu, mampu menjaga rasa tetap murni.

Meminum air tersebut terasa ringan di mulut tanpa adanya aftertaste yang kuat. Bahkan, sensasi air yang dirasakan indra pengecap pun tak ubahnya seperti rasa air sejumlah AMDK ternama di tanah air.

Baca Juga: Dirjen Perkeretaapian, Risal Wasal: Rangkaian Ketiga Kereta Otonom Sudah Tiba di IKN, Kalimantan Timur

Hingga 7 jam usai mencicip air, Tim ANTARA tidak merasakan sama sekali gejala gangguan pada sistem pencernaan.***

Sumber: Antara

Berita Terkait