DECEMBER 9, 2022
Gaya Hidup

Dokter Arlene Rainamira Jelaskan Risiko Kebotakan pada Rambut dan Cara Meminimalkannya Agar Terawat

image
Ilustrasi - Kebotakan dini. (Istimewa)

ORBITINDONESIA.COM - Dokter spesialis dermatologi lulusan Universitas Indonesia, Arlene Rainamira menjelaskan risiko kebotakan rambut yang dapat dialami oleh pria maupun wanita, dan cara meminimalkannya agar rambut tetap terawat dengan maksimal.

"Baik laki-laki maupun perempuan memiliki masalah kebotakan itu memang ada yang diturunkan secara genetik," kata   Arlene Rainamira, yang berpraktik di RSIA Kemang Medical Care, saat ditemui dalam acara bincang-bincang di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis, 25 Juli 2024..

Arlene Rainamira mengungkapkan, jika sudah memiliki genetik kebotakan, masalah tersebut sulit untuk dihindari. Masalah kebotakan biasanya terjadi pada pria saat memasuki usia 30-an tahun dan wanita di atas usia 30-40 tahun.

Baca Juga: Perilaku Guru yang Ngawur: 19 Siswi Dibotaki Hanya Gara-gara Tak Pakai Dalaman Jilbab

"Kalau alopesia atau kebotakan itu pattern-nya khusus, pattern-nya bisa dimulai di depan, tengah, lama-lama semakin tipis (hingga botak secara keseluruhan)," kata Arlene.

Meskipun mengalami kebotakan, Arlene menyarankan agar pasien tetap merawat rambut secara rutin untuk menghindari masalah kesehatan rambut yang lebih parah.

"Rutinnya masih tetap sama untuk kebotakan, pakai sampo yang dipijat di kulit kepala dan jangan digosok-gosok," kata Arlene.

Baca Juga: Dokter Yovita Mulyakusuma: Gejala Autoimun Ditandai Demam, Kelelahan, dan Rambut Rontok

Selanjutnya, gunakan conditioner di bagian batang rambut dan gunakan masker rambut sesuai kebutuhan. Jangan lupa untuk mengeringkan rambut dengan handuk selama kurang lebih lima menit tanpa memeras atau menggosoknya.

Saat kondisi kebotakan pada rambut sudah parah, Arlene menyarankan untuk berkonsultasi ke dokter agar diberikan pengobatan yang sesuai. Mulai dari pemberian obat hingga transplantasi rambut.

"Jika kebotakannya sudah ekstrem, memang harus dikonsultasikan ke dokter untuk diberikan pengobatan khusus alopesia tersebut," kata Arlene.

Baca Juga: Model Patricia Gouw Berbagi Kiat Menjaga Rambutnya Tetap Sehat dengan Cuci Rambut 2-3 Kali Sehari

"Terapinya bisa dari obat, obat oles atau obat minum, low level light terapy, suplemen, micro needling, PRP, dan yang paling akhir adalah transplant," sambungnya.

Arlene menyebut masing-masing perawatan untuk mengatasi kebotakan memiliki risiko dan efek samping tertentu.

Misalnya, pemberian obat yang tidak cocok dengan kondisi kesehatan pasien dapat menimbulkan iritasi hingga kemerahan, atau transplantasi rambut yang dapat menimbulkan infeksi jika pasien tidak menjaga kebersihan diri dan area transplantasi rambut dengan baik.

Baca Juga: Dokter Cynthia Lawrence: Ada Beberapa Keuntungan Lakukan Transplantasi Rambut di Indonesia Ketimbang Turki

Meski demikian, Arlene mengatakan risiko-risiko tersebut dapat dihindari selama pasien mematuhi saran yang diberikan dokter dan rutin memeriksakan diri ke dokter. Hal ini dilakukan agar dokter dapat memantau efektivitas pengobatan untuk kebotakan yang telah dilakukan terhadap pasien.

"Biasanya ada tempat transplant, nanti akan dilihat lagi sebab kebotakannya," tutup Arlene.***

Sumber: Antara

Berita Terkait