Maestro Seni Rupa Indonesia dan Ahli Kaligrafi Islam, A.D Pirous Meninggal di Usia 92 Tahun
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Rabu, 17 April 2024 06:18 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Maestro seni rupa Indonesia Abdul Djalil Pirous (A.D Pirous) meninggal dunia pada Selasa, 16 April 2024. Salah satu perintis dan pendiri Galeri Nasional Indonesia itu meninggal pada usia 92 tahun.
Mengutip kabar yang diterima Hypeabis.id, A.D Pirous mengembuskan napas terakhirnya sekitar pukul 20.00 WIB. Pihak keluarga melalui Rihan Sitorus mengatakan, saat itu jenazah masih berada di Rumah Sakit Borromeus, Bandung, Jawa Barat.
Belum diketahui secara pasti penyebab meninggalnya Dewan Penasehat Galeri Nasional Indonesia tersebut. Begitu juga mengenai proses pemakaman seniman kelahiran 1932 itu.
Baca Juga: Diskusi Satupena, Inda Citraninda Noerhadi: Sejarah Seni Rupa Indonesia Seolah Hanya Milik Pria
Pihak keluarga menyebut, detail pemakaman akan diinformasikan kemudian. Rumah duka berlokasi di Serambi Pirous, Jalan Bukit Pakar Timur II Nomor 11, Bandung.
Pirous adalah tokoh penting seni rupa Indonesia. Lahir di Meulaboh Aceh pada 11 Maret 1932, bakat seni Pirous telah muncul sejak kecil. Darah seninya mengalir dari ibunya, yang biasa membuat pakaian-pakaian bordir kasab khas Aceh.
Ibu dan kakaknya punya peran besar dalam perjalanan karier Pirous di dunia seni. Dua orang tersebut menjadi paling getol mendorong sang maestro untuk menekuni dunia seni.
Baca Juga: Tiga Kurator dan Kritikus Seni Rupa Ini Membahas Buku Lukisan Artificial Intelligence Karya Denny JA
Setelah lulus dari ITB pada 1964, Pirous sempat menjadi staf pengajar di ITB. Namun, dia kemudian mendalami studi seni lagi dengan sekolah Grafis Murni dan Grafis Desain di Rochester Instistute of Technology, Amerika Serikat pada 1969.
Pada 1984, Pirous kembali ke ITB dan menjabat sebagai dekan pertama Fakultas Seni Rupa dan Desain di universitas tersebut hingga 1990. Pada 1994, Pirous menerima jabatan sebagai guru besar ITB.
Di luar dari urusan akademik, sebagai seniman Pirous menemukan gayanya sendiri, terutama bentuk-bentuk pemandangan alam, flora, fauna, dan bidang abstrak yang unik. Ia punya perhatian besar pada teknik grafis, cetak etsa dan saringannya.
Keahlian tersebut kemudian menciptakan aliran baru di dalam seni rupa Indonesia, yang disebut dengan kaligrafi Islam. Sebagai seniman, Pirous juga aktif menyelenggarakan pameran di dalam maupun di luar negeri sejak 1960.
Beberapa di antaranya: Pameran Lukisan Kaligrafi Islam (Jakarta, 1970), Pameran Retrospeksi (Jakarta, 1985), dan One-person Show of Prints di St. Martin’s School of Art (London, 1986).
Salah satu mantan mahasiswa Pirous, Sabar Situmorang di akun FB-nya menyatakan, diberkatilah orang yang sungguh memberikan dampak positif bagi sebanyak-banyaknya orang lain. “Doa ini pantaslah kita berikan kepada Prof. AD Pirous. Tadi malam, kaget mendengar kabar berpulangnya beliau,” tulis Sabar.
Baca Juga: Dewan Kesenian Siak Gelar Lomba Permainan Tradisional Letup Meriam yang Diikuti Ratusan Peserta
Sabar mengaku kagum melihat kebugaran fisik Pirous selama ini. Padahal usianya sudah memasuki dekade akhir seabad. Lahir pada 1932, wafat 2024.
Sabar bertutur tentang pengalaman berkesan dari sosok Pirous. Saat Sabar masih mahasiswa, adalah kebiasaan Pirous --sang Dekan Fakultas Seni Rupa & Desain ITB-- ini memberi oleh-oleh, setiap pulang dari mancanegara.
Oleh-olehnya adalah berbagi pemikiran dan pengalaman perjalanan untuk mahasiswa di kampus. Mahasiswa bisa menyebutnya OSV (Overseas Study Visit).
“Kini, saya menderivasikannya sebagai eksekusi pribadi berbentuk walkshop atau jalan-jalan inspiratif. Oleh-oleh beliau itu bagaikan injeksi otak,” ujar Sabar. ***