Orbit Indonesia
Korban Kebakaran Hutan Di Hawaii Sudah Mencapai 93 Orang dan Diperkirakan Masih Akan Terus Meningkat
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Senin, 14 Agustus 2023 19:44 WIB
ORBITINDONESIA.COM- Kebakaran hutan di Maui, Hawaii, adalah salah satu bencana alam paling besar dan terparah dalam sejara Amerika Serikat dalam kurun waktu 1 abad.
Setelah sebelumnya korban dari bencana alam kebakran hutan ini mencapai 55 orang dan ribuan orang masih dalam tahap pencarian.
Update terbaru memperkirakan bahwa korban jiwa sudah mencapai 93 orang, sementara pencarian korban masih terus dilanjutkan di lokasi kebakaran hutan.
Baca Juga: Wilmar Luncurkan Program MEP untuk Bantu Bisnis Penggilingan Gabah Semakin Dilirik Industri
Kepala Polisi Maui, John Pelletier, mengatakan pencarian jenazah dibalik puing reruntuhan yang membara sangat sulit untuk dilakukan.
"Kami memiliki area yang harus kami tampung setidaknya 5 mil persegi, dan itu penuh dengan orang yang kami cintai." kata Pelletier saat konferensi pers berlangsung.
Pihaknya sudah menandai dengan tanda "X" sebagai tempat awal pencarian para korban, dan huruf "HR" sebagai tempat sisa-sisa tubuh korban ditemukan, kata Associated Prss.
Korban tewas yang sudah berhasil ditemukan akibat kebakaran yang melanda kota bersejarah Lahaina di pulau Maui, Hawaii, sudah mencapai 93 orang.
Pemerintah setempat juga mengatakan kepada masyarakatnya bahwa pencarian dan proses identifikasi korban masih tahap awal dan berjanji akan terus mengupayakan proses ini hingga selesai.
Sementara itu, banyak masyarakat yang marah terhadap tanggapan dari pemerintah terhadap bencana paling mematikan dalam sejarah Amerika Serikat tersebut.
Baca Juga: Gara-gara Sandiaga Uno, PDIP Persilahkan PPP Keluar dari Koalisi Pemenangan Ganjar Pranowo
Mereka mempertanyakan sikap dan tanggapan pemerintah dari berbagai aspek, mulai dari peringatan selama bencana berlangsung hingga distribusi yang dilakukan pada hari-hari berikutnya.
Dengan jumlah orang hilang yang masih mencapai ratusan, Gubernur Hawaii, Josh Green, memperkirakan bahwa korban jiwa masih akan terus bertambah setiap harinya.
Operasi penyelamatan, kata Green, telah dialihkan fokusnya dari penyelamatan korban menjadi pencaria jenazah yang telah kehilangan nyawa.
"Ini hari yang mustahil, ini pasti akan menjadi bencana alam terburuk yang pernah dihadapi Hawaii." kata Green dikutip Orbitindonesia.com dari The Guardian 14 Agustus 2023.
Kepala Polisi Maui, John Pelletier, mengatakan bahwa dari 93 jenazah korban meninggal, baru dua jenazah yang berhasil untuk diidentifikasi identitasnya.
Maka dari itu, Pelletier menghimbau kepada setiap masyarakat yang masih kehilangan anggota keluarga mereka untuk bersedia membagikan sampel dna mereka ke Pusat Bantuan Keluarga.
Hal tersebut dilakukan untuk mempercepat proses identifikasi korban jiwa yang ditemukan, dan bisa segera dikembalikan ke keluarga masing-masing.
Banyak orang yang sudah frustrasi dengan kecepatan dan respon pemerintah. Kekecewaan masyarakat semakin memuncak sampai akhir pekan kemarin.
Seorang Senator dari Hawaii, Mazie Hirono, mengatakan akan memulai penyelidikan tentang bagaimana dan penyebab bencana tersebut bisa terjadi.
"Saya tidak akan membuat alasan apapun untuk tragedi ini, tetapi jaksa agung telah meluncurkan tinjauan tentang apa yang terjadi dengan sirine itu dan beberapa tindakan lain yang diambil," kata Hirono.
Hawaii sebenarnya memiliki sistem darurat di setiap wilayahnya. Sistem darurat tersebut berbentuk sirine dan telah diuji selama berbulan-bulan.
Namun, pada kenyataannya, catatan Manajemen Darurat tidak menunjukkan bahwa sirine tersebut dibunyikan sebelum seluruh orang harus lari menyelamatkan diri saat kebakaran terjadi.
Jaksa Agung Negara Bagian, Anne Lopez, mengatakan bahwa dia akan meluncurkan peninjauan pengambilan keputusan sebelum dan selama kebakaran.
Sementara Green mengatakan bahwa dia telah mengizinkan proses peninjauan gawat darurat tersebut.
Para pejabat lokal mengatakan bahwa ada banyak kendala yang dihadapi oleh mereka sesaat sebelum terjadinya peristiwa kurang menyenangkan tersebut.
Kendala tersebut meliputi kegagalan jaringan komunikasi, hembusan angin kencang dari badai lepas pantai dan kebakaran hutan terpisah yang berjarak puluhan mil.
Hal tersebut membuat mereka sulit untuk berkordinasi dengan manajemen darurat yang bertugas untuk mengeluarkan peringatan dan perintah evakuasi.
Pejabat lokal tersebut mengklaim sudah melakukan segala upaya untuk mengirimkan sinyal bahaya yang mereka terima.
Baca Juga: Hasil BRI Liga 1, Sundulan Giovani Numberi Tutup Pesta Gol PSIS Semarang atas Dewa United FC
Mereka sudah mengirmkan peringatan ke ponsel, televisi, dan stasiun radio, namun pemadaman listrik dan kerusakan menara sinyal membatasi jangkauan mereka.
Korban tewas pada tragedi kebakaran Hawaii tahun ini melampaui jumlah korban tewas pada tragedi Kamp di tahun 2018 yang terjadi di California Utara.
Kejadian tersebut menewaskan 85 orang dan menghancurkan kota Paradise.
Sementara seabad sebelumnya, pada tahun 1918, kebakaran di Cloquet telah berhasil menghancurkan ribuan rumah dan menewaskan sedikitnya 453 orang di Minnesota Utara dan Wisconsin.
Mereka yang melarikan diri dan berhasil selamat, meratapi mereka yang tidak berhasil dan harus tewas.
Tragedi kebakaran di Hawaii telah mematikan roda ekonomi mereka yang kebanyakan didapat dari sektor pariwisata.
Biasanya, Hawaii bisa menerima wisatawan asing sebanyak 70.000 orang dalam sehari, namun hal tersebut tidak bisa terjadi lagi untuk saat ini.
Masyarakat Hawaii dan Amerika Serikat berharap tragedi ini cepat selesai, dan Hawaii bisa pulih kembali agar para wisatawan tidak perlu khawatir akan keselamatan mereka ketika berlibur.***