Arief Gunawan: Jenderal Hoegeng Polisi Teladan, Kenapa Belum Diangkat Jadi Pahlawan Nasional
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Selasa, 16 Agustus 2022 17:00 WIB
ORBITINDONESIA - Kenapa Jenderal Hoegeng Iman Santoso, yang merupakan role model polisi bersih tidak diangkat jadi Pahlawan Nasional. Hal itu ditanyakan Arief Gunawan, pemerhati sejarah, dalam tulisan yang disebar di media sosial, 16 Agustus 2022.
Menurut Arief Gunawan, jika Jenderal Hoegeng belum diangkat jadi pahlawan nasional, seakan terkesan Hoegeng hanya disanjung secara basa-basi, meskipun memiliki integritas dan keberaniannya dalam menegakkan keadilan.
Ditambahkan oleh Arief Gunawan, selama 32 tahun kekuasaan Soeharto, Jenderal Hoegeng disisihkan akibat menandatangani Petisi 50. Namun, ironisnya enam Presiden RI setelah Soeharto juga tak pernah menjadikannya Pahlawan Nasional.
Baca Juga: Kuasa Hukum Keluarga Brigadir J Minta Istri Irjen Ferdy Sambo Dijadikan Tersangka, Ini Alasannya
Institusi kepolisian hanya punya Pahlawan Revolusi, yaitu Karel Satsuit Tubun, yang gugur ketika menjaga rumah Waperdam Leimena.
Tubun bernasib nahas terkena tembakan penculik para jenderal pada peristiwa dini hari 1 Oktober 1965. Ia kemudian mendapat gelar Pahlawan Revolusi. Selanjutnya diabadikan sebagai nama jalan dan nama sebuah kapal perang.
Bagi Arief, ada beda antara Pahlawan Revolusi dengan Pahlawan Nasional. Pahlawan Revolusi memperjuangkan Pancasila. Sedangkan Pahlawan Nasional memperjuangkan kemerdekaan.
Sejarawan Dr Asvi Warman Adam, yang dikutip Arief, mengibaratkan daftar Pahlawan Nasional bagaikan album perjuangan, di mana idealnya di dalamnya semua golongan, etnis, dan profesi, mendapatkan tempat secara terhormat.
Baca Juga: Ini Daftar 68 Nama Paskibraka yang Bertugas pada Upacara 17 Agustus 2022 di Istana Negara
Menurut Asvi, hal ini sangat penting untuk menghindari kesan bahwa seolah-olah Pahlawan Nasional hanya mereka yang berjuang di lapangan politik dan militer belaka, seperti banyak dikesankan selama ini.
Di dalam artikelnya, berjudul “Politik Pahlawan,” yang dimuat di buku Menguak Misteri Sejarah, Asvi juga mempertanyakan kenapa tidak ada polisi yang menjadi Pahlawan Nasional.
“Saya tidak pernah mendengar dari kalangan polisi upaya untuk mencalonkan Jenderal Hoegeng sebagai Pahlawan Nasional,” tulis Asvi.
Jenderal Hoegeng polisi jujur yang tak mempan sogokan para bandar. Ia ikut dalam memperjuangkan kemerdekaan dan memimpin kepolisian pada era di mana banyak sekali pejabat yang korup.
Meski tentu keadaan sekarang lebih buruk dibandingkan dengan masa itu.
Baca Juga: Agenda Besar Bangsa Indonesia, Jokowi: IKN Bukan Hanya untuk ASN tapi Inovator dan Wirausaha
Salah satu kasus yang menonjol yang ditangani Hoegeng ialah Sum Kuning. Sumariyem atau Sum yang merupakan pedagang telur keliling diperkosa empat pemuda. Dua di antaranya anak pejabat. Yaitu, putra anumerta perwira tinggi dan putra bangsawan Yogyakarta.
Hoegeng memilih untuk tidak pandang bulu. Namun akhirnya Soeharto turun tangan dan memerintahkan Kopkamtib menanganinya.
Kasus besar lain ialah aksi penyelundupan mobil-mobil mewah dengan Robby Tjahjadi sebagai bandarnya. Namun lagi-lagi kasus ini tak luput dari bayang-bayang tangan Cendana.
Setelah bebas dari bui, Robby Tjahjadi malah berbisnis tekstil dengan membuka Kanindotex yang bermitra dengan keluarga Soeharto.
Baca Juga: Sementara NATO Mengurus Ukraina, Perdamaian di Bosnia dan Herzegovina Terancam
Waktu jadi perwira muda Hoegeng pernah pula bikin heboh Kota Medan. Suatu hari warga di sana menemukan perabotan rumah tangga teronggok tak bertuan di pinggir jalan.
Barang-barang yang cukup mewah itu ternyata dikeluarkan secara paksa dari dalam rumah oleh Hoegeng. Ia jengkel, karena sejak pertama tiba di posnya yang baru itu terus dikuntit oleh para bandar penyelundup yang berusaha menyogoknya.
Akhirnya Hoegeng memilih menginap di hotel sebelum mendapat rumah dinas, dan menolak semua sogokan itu secara tegas.
Hoegeng terobsesi jadi penegak hukum karena sang ayah adalah role model. Yaitu seorang jaksa di Pekalongan.
Baca Juga: Agenda Besar Bangsa Indonesia, Jokowi Dorong Digitalisasi Ekonomi bagi UMKM agar Naik Kelas
Ia tertarik jadi polisi juga gara-gara teman ayahnya, Ating Natadikusumah, yang menjabat kepala polisi di kampung halamannya. Sahabat lain sang ayah ialah Soeprapto, yang kemudian menjadi Jaksa Agung di era Sukarno.
Di balik baju seragamnya Hoegeng bukanlah seorang monster, melainkan seorang humanis dan intelek yang mengenyam pendidikan Barat melalui sekolah Belanda.
Ia bermain musik di kelompok musik Hawaii dengan group Hawaiian Seniors yang hingga awal 1980-an masih muncul di TVRI. Meski kemudian distop Pangkopkamtib Sudomo, karena dituduh tak sesuai dengan kepribadian bangsa.
Masa pensiun Hoegeng diisi dengan berkebun dan melukis, hasilnya kadangkala dijual untuk keperluan pribadi dan keperluan sosial.
Baca Juga: Agenda Besar Bangsa Indonesia, Presiden Jokowi: Pemberantasan Korupsi Prioritas Utama
Mungkin ia sendiri tak perlu merasa risau namanya hanya diabadikan untuk sebuah rumah sakit di Mamuju dan dijadikan nama stadion sepakbola di Pekalongan.
Hoegeng adalah representasi paling populer di masyarakat tentang sosok polisi berintegritas. Sikap dan perilakunya sampai hari ini terus terekam di layar ingatan publik.***