DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Takut Berinteraksi dengan Non Muhrim, Kapten Pilot Garuda Indonesia Mengundurkan Diri

image
Ilustrasi pesawat Garuda Indonesia yang kapten pilot nya mundur

ORBITINDONESIA.COM - Alasan orang mengundurkan diri dari pekerjaan biasanya karena suasana kantor atau mitra kerja yang tidak baik. Tapi, alasan mundur mantan kapten pilot Garuda Indonesia ini out of the box.

Nama mantan kapten pilot Garuda Indonesia itu Rizka Triansyah Leihitu. Rizka sudah jadi pilot selama 15 tahun.

Nah, belakangan dia memutuskan untuk mundur. Kata Rizka, selama dia jadi pilot Garuda Indonesia dia merasakan dilema.

Baca Juga: Erick Thohir Bimbang Terkait GBK: Haruskah Memilih Antara Piala Dunia U17 2023 dan Konser Coldplay di Jakarta

Di satu sisi, dia harus kerja secara profesional. Tapi, di sisi lain, dia juga wajib menjalankan ajaran Islam sebagai pegangan hidupnya.

Dilema yang dia maksud adalah interaksinya dengan lawan jenis. Selama jadi pilot, dia merasa sulit menghindar bersalaman dan bertatapan dengan pramugari dan penumpang perempuan.

Rizka mengaku pelan-pelan menghindarinya dengan alasan sudah wudhu dan takut batal.

Menurut dia, menatap perempuan yang bukan muhrimnya itu bertentangan dengan prinsip Islam yang dia yakini dan tanggung jawabnya sebagai suami. Padahal, dia harus menatap setiap kru, termasuk pramugari, buat memastikan keamanan penerbangan.

Baca Juga: Bocoran Sinopsis Drama Korea King the Land Episode 4, Yoona SNSD Bekerja di Puncak Hotel Lee Jun Ho

Di sisi lain, Rizka menganggap profesi pilot sangat mulia karena mengantarkan orang bepergian. Apalagi, kalau tujuannya ke Tanah Suci.

Pemahaman keagamaan yang diyakini Rizka tentu harus dihormati. Tapi, bagaimana pun pemahaman keagamaan jangan sampai membatasi langkah kita. Kan tujuan agama bukan untuk mempersulit ruang gerak pemeluknya.

Lagi pula, rasanya tak mungkin kita tidak berinteraksi dengan yang bukan muhrim, baik perempuan maupun laki-laki. Karena itu, tuntunan umum yang diberikan agama adalah mengontrol cara pandang dan menjaga kehormatan.

Dengan begitu, interaksi itu diharapkan bisa saling menjaga dan saling membawa kemaslahatan. Yuk, beragama dengan akal sehat! ***

Berita Terkait